Soloraya
Kamis, 23 Oktober 2014 - 19:30 WIB

RUSUH SUPORTER : Laporan Polisi Dinilai Janggal, Pasoepati Desak Investigasi Tewasnya Joko Riyanto

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah polisi berjaga di dekat bus pemain Martapura FC yang dirusak suporter seusai pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC pada Babak Delapan Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Manahan, Solo, Rabu (22/10/2014). Kerusuhan tersebut dipicu ketidak tegasan kepemimpinan wasit Ahmadi Jafri selama pertandingan. Sementara hasil pertandingan yang berakhir imbang 1-1 tersebut membuat peluang Persis Solo lolos ISL semakin menipis. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Desakan investigasi menyeluruh atas kerusuhan yang terjadi di Stadion Manahan, saat Persis Solo nenjamu Martapura FC, Rabu (22/10/2014), muncul dari berbagai pihak. Salah satu desakan muncul dari kelompok suporter Pasoepati yang meminta polisi mengusut tuntas tewasnya Joko Riyanto, suporter Persis Solo asal Simo, Boyolali.

Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferachtriawan, meminta investigasi digelar secara transparan dan tak terkesan ditutup-tutupi. Sehingga, siapa pelaku yang menewaskan korban bisa diketahui dan diminta pertanggungjawabannya.

Advertisement

“Saat ini siapa pelakunya kan belum jelas. Korban meninggalnya karena apa kan juga masih simpang siur. Saat itu, korban juga menggenakan seragam Persis dan tidak ada suporter lawan. Jadi aneh kalau korban tewas akibat bentrokan dengan sesama pendukung Persis,” ujar Ginda saat dihubungi Solopos.com, Kamis (23/10/2014).

Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan antara suporter dengan aparat kepolisian terjadi saat laga antara Persis melawan Martapura FC. Setelah terlibat adu serang di dalam lapangan, bentrokan kian memanas di luar stadion, tepatnya di area parkir depan pintu masuk VVIP.

Advertisement

Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan antara suporter dengan aparat kepolisian terjadi saat laga antara Persis melawan Martapura FC. Setelah terlibat adu serang di dalam lapangan, bentrokan kian memanas di luar stadion, tepatnya di area parkir depan pintu masuk VVIP.

Dalam insiden itu, sebuah bus rusak, satu motor polisi dibakar serta beberapa kendaraan juga terkena lemparan batu. Selain itu, korban Joko Riyanto juga ditemukan tewas dan diduga terkena tembakan karena ada lubang di bagian dada kanannya.

Namun, saat itu Kapolresta Solo, Kombes Pol Iriansyah, mengatakan bahwa korban tewas karena diinjak-injak suporter. Akan tetapi, di tubuh korban tak ditemukan satu pun luka lebam akibat pukulan benda tumpul.

Advertisement

Setelah ada visum, keterangan polisi kembali berubah. Kini, mereka berdalih bahwa korban tewas akibat luka tusuk.
Ginda menilai laporan kematian korban terkesan janggal. Ia ragu jika korban tewas akibat terkena tusukan benda tajam, seperti yang disampaikan dalam laporan visum.

“Kalau luka tusuk seharusnya lebar, namun pada foto lukanya bersih. Apakah saat difoto itu, luka korban sudah dibersihkan? Fakta-fakta semacam itu harus dijelaskan secara terbuka dan tuntas,” ujar Ginda.

Ginda mengaku, akibat kerusuhan ini pihaknya kemungkinan juga akan membuat tim pencari fakta. Ia bersama anggota DPP Pasoepati lainnya akan bekerja mencari penyebab terjadinya bentrokan agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, desakan pengusutan tuntas juga datang dari Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo. Meski demikian, pria yang juga menjabat sebagai ketua umum Persis itu menyesalkan kerusuhan itu bisa terjadi dan bahkan memakan korban.

Advertisement

“Dengan kerusuhan seperti ini, sulit bagi Persis menggaet investor, karena ada tindakan anarkis sampai merusak kendaraan serta merusak fasilitas. Harapan saya, hal ini bisa diselesaikan dengan baik dan menjadi yang terakhir baik di Solo maupun daerah lain,” terang pria yang akrab disapa Rudy itu kepada wartawan di Balai Kota Solo.

Hal serupa juga diucapkan Panpel Persis Solo. Ketua Panpel Persis, Paulus Haryoto, berharap peristiwa berdarah di Stadion Manahan itu menjadi yang terakhir. Ke depannya, ia pun berjanji akan memberikan pengamanan ekstra ketat saat dipercaya menggelar pertandingan.

“’Kami akan berusaha untuk lebih baik lagi, terutama koordinasi dengan kepolisian, manajemen Persis, dan suporter Pasoepati,” tutur Paulus.

Advertisement

Atas insiden itu, Paulus mengaku sudah dihubungi langsung oleh ketua Komisi Displin (Komdis) PSSI. Meski demikian, Komdis belum memutuskan sanksi apa yang diberikan ke Persis terkait keributan suporter itu. “Kalau sanksi sampai sekarang belum ada. Tapi sanksi dalam bentuk apa pun siap kami terima. Mungkin, yang terparah adalah dilarang menggelar pertandingan dengan disaksikan penonton di stadion dalam waktu yang belum ditentukan,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif