Soloraya
Rabu, 22 Oktober 2014 - 20:45 WIB

TRAGEDI SUKOHARJO : Kades Puhgogor Sempat Keberatan Istri Pelatihan di Lampung

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kades Puhgogor, Bendosari, Sukoharjo, Sapta Dandaka (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO—Sejumlah kolega dan kerabat Kades Puhgogor, Bendosari, Sukoharjo, Sapta Dandaka tak yakin motif Sapta bunuh diri karena terlilih utang. (Baca Juga: Kerabat Tak Yakin Utang Penyebab Bunuh Diri)

Mereka menduga Sapta bunuh diri karena sakit di bagian kakinya. Meski demikian, motif Sapta membunuh anak dan istrinya masih diselimuti misteri.

Advertisement

(Baca Juga : Tragedi Sukoharjo, Kades Diduga Bunuh Anak dan Istri Lalu Bunuh Diri, Kronologi Tragedi Puhgogoh, Ini Bentuk Surat Wasiat Kades Puhgogor, dari Pujian TMMD hingga Curhat Soal Staf, Jenazah Keluarga Kades Diautopsi, Putra Sulung Histeris, Putra Korban Butuh Pendampingan, Sebelum Tewas Kades Puhgogoh Kerap Bilang Ingin Bunuh Diri, Ini Pesan Terakhir Istri Kades kepada Siswa SMAN 3 Sukoharjo,  Istri kades Mantan Guru SMAN 4 Solo, Ini Rincian Utang Kades Puhgogoh)

Kepada Sumarno, rekan curhat sekaligus atasanya, Sapta kerap mengeluh atas rasa sakit di kakinya yang tak kunjung pulih. Bahkan, ia beberapa kali pernah ingin bunuh diri karena tak tahan dengan rasa nyeri di kakinya.

“Malam hari, dia sering main sama saya meski pakai kruk. Dia mengeluhkan banyak hal, yang paling utama soal sakitnya yang tak kunjung pulih. Kadang sampai menangis,” Sumarno yang juga Camat Bendosari saat berbincang dengan Solopos.com di ruang kerjanya, Rabu (22/10/2014).

Advertisement

Kesaksian serupa juga dituturkan Suharno, 45, kerabat Sapta dari keluarga istri.  Pria yang kerap dimintai tolong Sapta dalam urusan utang-piutang ini mengatakan, emosional Kades Puhgogor tersebut labil sejak ia memakai kruk.

Di dalam kantor, ia kerap marah dan perasaanya sangat sensitif. “Apalagi kalau pas sakit kakinya nyekot, ia uring-uringan,” papar Carik Puhgogor ini saat ditemui di Balai Desa Puhgogor.

Hal inilah yang diduga kuat Sumarno dan Suharno sebagai motif utama ia harus mengakhiri hidupnya.  Namun, mereka sama-sama masih belum bisa menyimpulkan motif Sapta mengakhiri nyawa istri dan anaknya seperti yang ditulis dalam surat wasiat itu.

Advertisement

Begitu pun soalmendem kahanan yang ditulis Sapta, kata mereka memang sangat luas maknanya.

Sumarno juga pernah mendengar keluhan Sapta soal rencana istrinya, Titik Suryani yang ingin ke Lampung dalam rangka Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Mapel Geografi.

Sapta mengaku keberatan jika istrinya itu ke luar Jawa, sementara ia di rumah dalam kondisi sakit-sakitan. “Ia mengaku bingung siapa yang urus anaknya jika di rumah sendirian, sementara ia sakit,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif