Jogja
Rabu, 22 Oktober 2014 - 00:20 WIB

Seperti Ini Hasil Panen Tembakau di Bantul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sudarmanto, petani tembakau Dusun Seropan III, Muntuk, Dlingo, Bantul memanen daun tembakau untuk menghindari kerugian besar menjelang musim penghujan datang, Senin (20/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Harianjogja.com, BANTUL—Hasil panen petani tembakau di Dusun Seropan III Desa Munthuk Kecamatan Dlingo kurang memuaskan. Diprediksi panen kurang baik ini akibat terguyur hujan pada masa tanam awal.

“Hasilnya kurang baik karena awal kami menanam kena guyuran air hujan,” kata Sudarmanto petani tembakau di Seropan, Senin (20/10/2014).

Advertisement

Menurut Sudarmanto, petani tembakau di dusunnya saat ini memilih memanen tembakau untuk menghindari guyuran air hujan yang diprediksi sudah hampir datang.

Di dusun ini, banyak petani memilih jenis tembakau japlak atau dikenal tembakau lokal untuk selanjutnya dijual ke berbagai daerah seperti Magelang.

Untuk hasil panenan tembakau basah atau belum diiris, tiap satu kilogram terjual seharga Rp6.000. “Kami belum mampu mengolah tembakau rajangan (irisan) untuk dilempar ke pasaran. Jadi masih jual mentah,” ujarnya.

Advertisement

Nilai jual panenan tembakau ini dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak ada kenaikan sama sekali. Padahal, imbuh, Sudarmanto, sekitar empat tahun ini harga jual terbilang baik yakni Rp12.000 per kilogram.

Harga jual tembakau lokal Bantul ini jauh dibandingkan harga jual panen jika petani menjual dalam bentuk olahan atau irisan yang bisa mencapai seharga Rp70.000 per kilogram.

“Tapi prosesnya lama. Harus dijemur sampai kering dan diris lembut. Ini yang belum bisa kami lakukan karena sekarang harus harus persiapan masa tanam musim hujan ini,” ujar Sudarmanta lagi.

Advertisement

Senada juga diungkapkan Wahudi, petani tembakau di daerahnya Jetis juga tidak mampu menjual tembakau setengah matang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti tidak terlatihnya petani dalam mengiris daun tembakau.

“Untuk tenaga manual sepertinya tidak memungkinkan. Sementara alat produksi belum kami miliki,” ungkapnya seraya memprediksi panenan tahun ini tidak lebih dari dua kuwintal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif