Entertainment
Rabu, 22 Oktober 2014 - 17:20 WIB

Ketika Pianis Nita Aarsent Berkolaborasi dengan 3 Musisi Internasional

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panggung Music Clinic yang digelar Ahmad Dhani School of Rock (ADSOR) Jogja di JBN Amazing Hall, Selasa (21/10/2014) sore. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Harianjogja.com, JOGJA-Dua komposisi klasik, di antaranya adalah Mozart #40 yang dimainkan oleh pianis Indonesia Nita Aarsent yang berkolaborasi dengan 3 musisi internasional, membuat para penonton riuh bertepuk tangan.

Kombinasi tuts piano yang ditekan oleh Nita Aarsent dengan betotan kontra-bass musisi asal Italia, Danielle Capucci, gebukan drum Israel J. Varella, dan bunyi tenor dari saxophone yang ditiup oleh saxophonist asal Italia, Marcello Allulli.

Advertisement

Dua komposisi yang mereka mainkan di panggung JBN  Amazing Hall, Selasa (21/10/2014) sore itu sekaligus menjadi contoh karya sebelum mereka mengisi acara Music Clinic yang diprakarsai oleh Ahmad Dhani School of Rock
(ADSOR) Jogja bekerja sama dengan Dinas Pendidikan DIY.

Tak hanya keempat musisi itu saja, seorang gitaris asal Inggris, Ray Sandoval juga turut menjadi pengisi materi kegiatan klinik musik yang diikuti oleh 300 orang yang terdiri dari perwakilan siswa dan komunitas musik yang ada di DIY tersebut.

Advertisement

Tak hanya keempat musisi itu saja, seorang gitaris asal Inggris, Ray Sandoval juga turut menjadi pengisi materi kegiatan klinik musik yang diikuti oleh 300 orang yang terdiri dari perwakilan siswa dan komunitas musik yang ada di DIY tersebut.

Kegiatan klinik musik itu sengaja digelar bukan untuk  mempopulerkan musik jazz dan klasik yang ditekuni kelima musisi tersebut. Lebih dari itu, ADSOR Jogja ingin menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan
bermusik bagi para pelajar.

Nita Aarsent, master pianist yang menjadi pengisi rutin music clinic di beberapa negara itu mengatakan, bahwa untuk belajar musik, saat ini tidak lagi hanya terpaku pada urusan textbook belaka.

Advertisement

Selain itu, musisi yang baru-baru ini menjadi bintang di Indonesia Music Expo (IMEX) Bali, Oktober 2014 lalu itu juga menegaskan bahwa untuk bisa mahir bermusik, komunikasi dengan sesama musisi juga hal penting yang tak boleh dikesampingkan.

Dengan memperbanyak jamming, komunikasi tersebut akan terjalin dengan sendirinya. Menurutnya, komunikasi yang terjalin baik, akan merangsang seorang musisi untuk mengembangkan kepekaannya terhadap musik.

Inilah yang dimaksudkannya sebagai kelebihan dari musik. Baginya, musik tidak hanya universal, tapi juga bisa menumbuhkan jalinan persahabatan yang lebih luas.

Advertisement

Dalam musik, dikatakannya tidak mengenal bahasa, suku bangsa, dan ras. Musik hanya mengenal satu bahasa, yakni bahasa musik itu sendiri. “Dan itu hanya bisa dirasakan ketika Anda benar-benar menerapkan prinsip bermusik yang benar [memperbanyak relasi dan komunikasi],” imbuhnya.

Hal itu kemudian dibenarkan oleh Israel J.Varella. Drummer kelahiran Meksiko yang tumbuh dan besar di Italia itu menegaskan bahwa melatih kemampuan rhytm, adalah salah satu cara untuk mempermudah proses belajar musik.

Dicontohkannya, ketika dirinya menonton pertunjukan Tari Kecak di Bali beberapa waktu lalu, ia kemudian mempraktekkannya dalam bentuk alunan ritmik yang lebih mudah dipahami.

Advertisement

“Dengan begitu, anda akan bisa lebih mudah memainkan musik ritmik. Dengan memainkan musik ritmik seperti itu, anda pasti bisa lebih cepat bermain musik,” ucapnya.

Sementara gitaris asal London, Inggris, Ray Sandoval, mengatakan bahwa, kedisiplinan adalah hal penting bagi seorang pemula jika ingin menguasai musik. Ditegaskannya, tak ada sesuatu yang instan dalam musik.

“Musik tidak hanya bakat, tapi juga skill. Skill tak bisa terbentuk begitu saja, tapi harus diasah. Butuh kontinuitas dan kedisiplinan untuk itu,” tegasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif