Jogja
Selasa, 21 Oktober 2014 - 12:20 WIB

KEKERASAN PELAJAR JOGJA : Ini Reaksi Orang Tua Mengetahui Anak Ditahan di Mapolresta Jogja ...

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaku perusakan saat berada di Mapolresta, Minggu (19/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Harianjogja.com, JOGJA-Orangtua anggota geng motor pelaku penganiyaan dan perusakan mobil di Jl Urip Sumoharjo dipertemukan dengan orangtuanya. Bagaimana ceritanya?

Sriyani hanya bisa mendekap Maryadi, suaminya dari belakang sembari menangis sesenggukan di lorong Mapolresta Jogja, Senin (20/10/2014). Kisah pilu itu terjadi ketika melihat Prima Chandra yang digiring polisi dengan kondisi kedua tangannya diborgol. Anak tirinya itu ditetapkan sebagai tersangka perusakan mobil bersama lima anggota geng motor King Waton Rolling Club (KWRC) lainnya.

Advertisement

Maryadi mengatakan, istri keduanya tersebut terbilang dekat dengan Prima, sehingga wajar kalau ia kemudian merasa terpukul. Seorang anggota polisi lalu berteriak ke arah Prima.

“Itu lihat, ibumu sampai menangis…”

Maryadi tak menyangka jika Prima terlibat dalam perusakan mobil pada Minggu (19/10/2014) dini hari. Ia juga tak tahu kalau anaknya itu bergabung dalam sebuah geng motor.

Advertisement

“Padahal setiap Minggu, saya berusaha selalu berikan wejangan dan dia tak melawan. Tapi ternyata di luar berani,” ujarnya lirih.

Maryadi dan Prima terpisah jarak selepas cerai dengan Priyani, ibu kandung Prima pada 2008 lalu. Maryadi sekarang tinggal di indekos bersama Sriyani di daerah Pasar Telo di Karangkajen, sedangkan Prima tetap tinggal bersama ibu kandungnya di seputaran Kricak.

Dalam sebulan, bahkan seminggu sekali, mereka bertemu. Maryadi memintanya untuk mendatangi indekosnya. Namun karena Prima pernah kehabisan bensin sewaktu menuju indekosnya, Maryadi mengubahnya. Pertemuan itu dipindah ke rumah Paman Prima di daerah Tegalrejo.

Advertisement

Saat bertemu terakhir kali sebelum kejadian itu, Prima berpesan meminta uang saku lebih untuk Minggu berikutnya, karena hendak berpergian ke Magelang. Soal urusan uang saku itu, Maryadi juga telah menghitungnya untuk kebutuhan Prima membeli rokok. Ia membiarkan anaknya merokok dengan pertimbangan agar mudah bergaul.

“Asalkan jangan sampai narkoba,” ujar pekerja di bengkel las tersebut.

Prima saat ini masih duduk di bangku SMP, meski usianya telah menginjak 18 tahun. Sebab, ia tak naik kelas. Awalnya ia bersekolah di SMP Negeri 14 sebagai peserta kartu menuju sejahtera (KMS). Karena nunggak dua kali saat kelas dua, KMS dicabut. Maryadi kemudian menyekolahkannya di SMA 17 ‘1’.

“Mungkin di rumah pengawasannya kurang, sehingga kebebasannya tak terkontrol,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif