News
Senin, 20 Oktober 2014 - 11:55 WIB

PRESIDEN JOKOWI : Inilah Pidato Ciamik Jokowi Tentang Ambisi Negara Maritim

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jokowi di Sampul Majalah Time (time.com)

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato kenegaraan pertamanya seusai dilantik, Senin (20/10/2014). Jokowi tidak banyak berbicara tentang hal-hal normatif soal politik dan pemerintahan. Lebih dari 50% pidatonya berisi ajakannya untuk membangun Indonesia sebagai negara maritim.

Memang bukan kali ini Jokowi menunjukkan tekadnya mengembalikan Indonesia menjadi negara maritim, namun ini adalah yang pertama dilakukan Jokowi secara resmi. Di mata Jokowi, laut menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia ke depan. Hal ini dia simbolkan dalam sebuah kalimat di ujung pidato kenegaraan pertamanya.

Advertisement

“Saya mengajak saudara-saudara mengingat satu hal yang pernah disampaikan Presiden Pertama, Bung Karno, untuk membangun Indonesia jadi negara yang besar, kuat, makmur, damai, kita harus punya jiwa cakra bakti samudra, jiwa pelaut yang berani menahan empasan ombak,” kata Jokowi.

“Saya mengajak kita naik kapal bersama, kita kembangkan layar, menghadapi ombak, dan saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi,” sambungnya.

Advertisement

“Saya mengajak kita naik kapal bersama, kita kembangkan layar, menghadapi ombak, dan saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi,” sambungnya.

Seperti diketahui, Jokowi sejak kampanye Pilpres 2014, sudah menyatakan agenda besarnya untuk membangun infrastruktur laut sebagai tulang punggung perekonimuan nasional. Jokowi sudah lama menyebut konsep tol laut yang mendapat apresiasi maupun kritik dari sejumlah kalangan.

Berikut Pidato Joko Widodo di depan Sidang Paripurna MPR, Senin (20/10/2014)

Advertisement

Yang saya hormati pimpinan dan anggota MPR, yang saya hormati Wakil Presiden RI, Yang saya hormati Presiden ketiga RI BJ habibie, Yang saya hormati Ibu Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima, Yang saya hormati Bapak Tri Sutrisno Wakil Presiden Keenam, Yang saya hormati Bapak Hamzah Haz Wakil Presiden ke-9, dan Yang saya hormati Bapak Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono Presiden RI ke-6, Yang saya hormati Bapak Prof. Dr boediono Wakil Presiden ke-11, Yang saya hormati Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Yang saya hormati rekan dan sahabat baik saya, Bapak Prabowo Subianto, dan Yang saya hormati Bapak Hatta Rajasa, Yang saya hormati pimpinan lembaga tinggi negara, kepala negara, dan utusan khusus negara sahabat, dan Yang saya hormati para tamu undangan. Saudara-saudaraku sebangsa setanah air.

Baru saja, Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengucapkan sumpah, bekerja keras untuk kita bersama sebagai bangsa besar. Kini saatnya menyatukan hati dan tangan, melanjutkan ujian sejarah berikutnya yang maha berat, merdeka dalam politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan

Sejarah yang mahaberat ini dipikul bersama dengan persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Kita tidak akan betul-betul merdeka tanpa kerja keras. Setiap rakyat di pelosok rakyat tanah air, merasakan pelayanan pemerintah,
saya yakin negara ini akan besar jika semua pihak

Advertisement

Petani, pedagang bakso, asongan sopir, buruh TNI, polri pengusaha, dan kalangan profesiona, untuk bekerja keras, bahu membahu, gotong royong. Ini momentum kita bersama untuk bekerja dan bekerja.

Cita-cita ini hadir dalam martabat dan harga diri, kita ingin jadi bangsa yang bisa membangun peradaban sendiri, menyumbangkan keluhuran untuk kebudayaan global. Saatnya kita mengembalikan negara sebagai negara maritim, laut, samudera, selat dan teluk adalah masa depan negara.

Kita sudah terlalu lama memunggungi laut, samudera, selat dan teluk. kita saatnya menbgembalikan semuanya. Di laut kita jaya.

Advertisement

Kerja besar membangun bangsa tidak mungkin dilakukan sendiri oleh jajaran pemerintah sendiri, tapi ditopang seluruh bangsa negara. Lima tahun ke depan adalah ujian, dengan kerja keras dan gotong royong

Para utusan negara-negara sahabat, Indonesia sebagai negara terbesar ketiga, dengan penduduk muslim ketiga terbesar dunia, akan tetap berpolitik bebas aktif menjaga kedamaian dan ketertiban dunia.

Saya menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, dan Prof Dr. Boediono yang telah memimpin pemerintahan selama lima tahun terakhir.

Saya mengajak saudara-saudara mengingat satu hal yang pernah disampaikan Presiden Pertama, Bung Karno, untuk membangun Indonesia jadi negara yang besar, kuat, makmur, damai, kita harus punya jiwa cakra bakti samudra,
jiwa pelaut yang berani menahan empasan ombak.

Saya mengajak kita naik kapal bersama, kita kembangkan layar, menghadapi ombak, dan saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif