Jogja
Minggu, 19 Oktober 2014 - 07:15 WIB

Festival Ketoprak Kembali Digelar Manfaatkan Dana Keistimewaan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pementasan pentas seni Festival Ketoprak di Balai Desa Bejiharjo, Selasa (12/8/2014). (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Harianjogja.com, JOGJA- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jogja kembali menggelar festival ketoprak antarkecamatan pada 20-26 Oktober di Pendopo Tamansiswa dengan memanfaatkan dana keistimewaan yang diterima.

“Festival ketoprak sempat dilakukan beberapa tahun lalu. Tidak rutin setiap tahun namun bergantian dengan festival wayang orang menggunakan pembiayaan APBD. Pada tahun ini, kami kembali menggelar festival ketoprak dengan menggunakan dana keistimewaan,” kata Kepala Seksi Pembinaan dan Pelestarian Seni dan Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jogja, Suparna, Jumat (17/10/2014).

Advertisement

Menurut dia, setiap kecamatan akan mengirimkan satu kelompok ketoprak untuk mengikuti festival tersebut. Setiap kelompok akan memperoleh dana stimulan yang bisa digunakan untuk sewa kostum dan kebutuhan lainnya sebesar Rp17,7 juta.

Nantinya, lanjut dia, peserta yang ditetapkan sebagai kontingen terbaik, sutradara, penata rias hingga pemeran terbaik akan memperolah piala dan uang pembinaan dengan total nilai Rp50,1 juta.

Advertisement

Nantinya, lanjut dia, peserta yang ditetapkan sebagai kontingen terbaik, sutradara, penata rias hingga pemeran terbaik akan memperolah piala dan uang pembinaan dengan total nilai Rp50,1 juta.

“Seluruh dana yang digunakan diambilkan dari dana keistimewaan,” katanya.

Setiap hari, lanjut dia, akan ada dua kecamatan yang tampil mulai pukul 19.30 WIB. Setiap kelompok memiliki alokasi waktu 60 hingga maksimal 75 menit untuk pentas.

Advertisement

Suparna menambahkan, pihaknya juga tidak membatasi asal pemain. “Pemain tidak dibatasi hanya warga kecamatan setempat, tetapi bisa saja warga yang sehari-hari beraktivitas di kecamatan tersebut,” katanya.

Namun demikian, ia berharap agar sutradara, penata iringan hingga penata rias tetap merupakan warga kecamatan setempat.

“Kami pun sudah menyiapkan juri yang netral. Juri tidak berasal dari Kota Jogja tetapi dari luar kota. Ada dosen ISI, pelaku media hingga budayawan,” katanya.

Advertisement

Ia berharap, festival ketoprak tersebut mampu menjadi menjadi ruang ekspresi bagi pelaku seni ketoprak sekaligus menumbuhkan rasa bangga atas kebudayaan lokal.

Sementara itu, penulis naskah sekaligus pelaku ketoprak Nano Asmorondono mengatakan ketoprak memiliki perkembangan yang cukup baik di tengah masyarakat.

“Banyak anak muda yang tertarik bermain ketoprak meskipun belum mengikuti pakem yang ada. Namun, hal itu tidak perlu dipermasalahkan, mereka bisa belajar. Yang penting, mereka sudah tertarik bermain ketoprak,” katanya.

Advertisement

Ia menambahkan, hampir di seluruh kelurahan di Kota Jogja sudah memiliki kelompok ketoprak dan tinggal dikembangkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif