Jogja
Minggu, 19 Oktober 2014 - 01:15 WIB

Blusukan ke Lendah, Sentra Batik Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja di Sembung Batik sedang membatik. (Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Meskipun perajin batik di Kecamatan Lendah kian berkurang, namun Desa Gulurejo dan Ngentakrejo, Lendah tetap dikenal sebagai sentra kerajinan batik di Kulonprogo.

Setidaknya terdapat belasan hingga 20-an perajin batik di wilayah tersebut. Batik yang diproduksi pun beraneka ragam, mulai dari motif batik klasik hingga geblek renteng yang menjadi khas Kulonprogo. Harga yang dibanderol pun memiliki kisaran bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Advertisement

Sugirin, misalnya, pemilik Sembung Batik di Gulurejo, memulai usaha batik pada 2009 dengan bermodalkan Rp2,5 juta. Usahanya berkembang dengan mengembangkan jaringan dan kreativitas dalam produksi.

“Yang membedakan batik Sembung dengan lainnya adalah di teknik pewarnaan, kami menggunakan teknik pewarnaan gradasi,” ujarnya kepada Harianjogja.com beberapa waktu lalu.

Batik Sembung juga mempekerjakan 20 orang yang kebanyakan merupakan tetangga satu RT.

Advertisement

Pemasarannya pun tidak hanya di wilayah DIY, melainkan merambah ke daerah di Jawa lainnya hingga Sumatera dan Kalimantan.

Hingga Sri Lanka
Kain batik Kulonprogo ternyata juga merambah hingga ke Sri Lanka. Hal ini diakui Puryanto, pemilik Sinar Abadi Batik di Ngentakrejo, Lendah. Akhir tahun lalu ia melepas 200 lembar kain batik Kulonprogo terbang ke Sri Lanka.

“Memang ini baru lingkup Asia, tetapi menjadi awal batik Kulonprogo diterima secara global, bisa saja besok melangkah ke Eropa atau Amerika,” terangnya.

Advertisement

Perkenalan dengan konsumen asal Sri Lanka bermula saat orang tersebut tertarik dengan batik yang dipamerkannya dalam sebuah pameran pertengahan tahun ini. Konsumen itu pun memesan kain batik berbahan sari dengan panjang enam meter dan lebar 1,5 meter per lembar.

Harga yang dipatok pun tidak tanggung-tanggung, sekitar Rp1 juta untuk tiap lembarnya. Bahkan rencananya, konsumen tersebut berminat untuk memesan ribuan lembar di tahap kedua pembelian karena tertarik dengan batik lokal Kulonprogo.

“Motif yang dipesan ini memang bukan Geblek Renteng, tetapi yang jelas dari perajin lokal Kulonprogo,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif