Jogja
Sabtu, 18 Oktober 2014 - 22:14 WIB

Pertengahan Oktober, Waspadai Penyelundupan Imigran Gelap Lewat Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Imigran gelap asal Somalia diamankan Polres Gunungkidul Sabtu (19/10/2013). (Kusnul Isti Qomah/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Jajaran Polres Gunungkidul terus mewaspadai potensi penyelundupan imigran ke Christmas Island di pesisir Pantai Selatan. Pertengahan Oktober menjadi waktu krusial tindak kejahatan tersebut.

Berdasarkan catatan Polres Gunungkidul, penyelundupan manusia banyak dilakukan medio Oktober. Sejak 2011 lalu, polisi menggagalkan penyelundupan sebanyak tiga kali. Kasus terakhir terjadi pada 19 Oktober 2013, sebanyak 30 imigran gelap diamankan di Pantai Parangracuk, Tanjungsari.

Advertisement

Kepala Polres Gunungkidul AKBP Faried Zulkarnaen mengatakan guna mengantisipasi terjadinya penyelundupan manusia, petugas terus memantau dan mengawasi wilayah pesisir pantai di Gunungkidul. Kegiatan yang dilakukan masih bersifat preventif dengan peningkatan patroli pantai.

“Selain terus patroli, kami juga menginformasikan kepada warga pesisir tentang bahayanya penyelendupan manusia,” kata Faried, Jumat (17/10/2014).

Advertisement

“Selain terus patroli, kami juga menginformasikan kepada warga pesisir tentang bahayanya penyelendupan manusia,” kata Faried, Jumat (17/10/2014).

Dia menjelaskan sosialisasi diberikan supaya warga pesisir sadar dan tidak ikut dalam praktik penyelundupan itu.

“Banyak praktik penyelundupan menggunakan jasa warga sebagai perantara. Kami imbau masyarakat tidak tertipu dengan iming-iming sejumlah uang,” tambah Faried.

Advertisement

“Bila masyarakat mengetahui atau mencurigai adanya praktik penyelundupan, segera laporkan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Air Polres Gunungkidul AKP Irianto menambahkankan berdasarkan pengalaman yang lalu, praktik penyelundupan imigran biasanya terjadi antara 15-20 Oktober. Banyak pengungkapan kasus terjadi di rentang waktu itu.

“Uniknya, rentan waktunya juga tidak jauh dari tanggal-tanggal itu,” kata Irianto.

Advertisement

Dia menjelaskan modus operasi begitu rapi dengan model jaringan terputus. Di mana, peran penyelundup masih dalam satu jaringan, tapi antar penyelundup tidak saling mengenal.

“Banyak orang yang terlibat dalam penyelundupan manusia. Tiap penyelundup memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Misalnya, saat operasi dilakukan, ada orang yang bertugas mengantar ke wilayah pantai, terus ada orang bertugas menyeberangkan. Anehnya, orang-orang itu tidak saling mengenal,” kata mantan Kepala Polsek Semanu itu.

Dia mengakui praktik tersebut menyulitkan polisi untuk mengungkap penyeberangan imigran gelap.

Advertisement

“Fokus kami tidak di tengah-tengah laut, tapi lebih ke wilayah-wilayah pesisir. Sebab, calon imigran banyak dimasukan melalui jalur darat,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif