Jogja
Rabu, 15 Oktober 2014 - 11:40 WIB

BANDARA KULONPROGO : Gunung Lanang & Dua Desa Batal Terdampak, Apa Penyebabnya?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bandara (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Dua desa di Kecamatan Temon, yaitu Temon Kulon dan Temon Wetan, batal terdampak pembangunan bandara baru. Hal ini disebabkan pengurangan luas lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi pembangunan bandara.
Sampai sejauh ini, pembangunan bandara di Temon hanya mengenai lima desa, yakni Sindutan, Palihan, Glagah, Jangkaran, dan Kebonrejo.

Tim Persiapan Pembangunan Bandara Baru (P2B2) Bambang Eko mengungkapkan dasar pengurangan lahan berdasarkan persetujuan Direksi PT Angkasa Pura (AP) I.

Advertisement

“Dari master plan bandara luas semula sekitar 648 hektare, pengurangan sekitar 50-an hektare,” sebutnya di sela-sela pendataan awal di Kantor Camat Temon, Selasa (14/10/2014).

Diuraikannya, terdapat tiga titik yang berubah, yakni pembuatan rel kereta api di Temon Kulon dan Wetan ditiadakan, tempat wisata religi Gunung Lanang di Jangkaran tidak jadi terkena pembangunan bandara, serta arus keluar masuk bandara di tepi Jalan Nasional Wates-Purworejo tidak jadi di sisi utara jalan, melainkan mepet dengan tepi jalan sisi selatan.

Bambang memaparkan, rel kereta api tidak dihilangkan selamanya, hanya saja PT AP I berencana melakukan pembahasan soal rel kereta api tidak dalam waktu dekat.

Advertisement

“Biar pembangunan berjalan dulu, nanti tetap akan ada kereta api, namun mekanismenya dibahas belakangan,” imbuh dia.

Sementara, Gunung Lanang tidak jadi terkena pembebasan lahan karena permintaan dari warga yang menginginkan tempat wisata religi tersebut dilestarikan karena sampai sekarang masih dimanfaatkan orang banyak.

Menurut dia, tidak ada persoalan yang ditemui dari perubahan titik, mengingat berdasarkan desain bandara tidak ada fasilitas yang ditempatkan di areal yang ditiadakan tersebut.

Advertisement

Untuk batas bandara, kata Bambang, masih sama dengan desain awal yakni sisi barat berbatasan dengan Sungai Bogowonto dan sisi timur sampai dengan Glagah.

“Yang membedakan hanya garisnya saja, kalau dulu garis dari utara Gunung Lanang, sekarang dari selatan ditarik ke barat,” ungkapnya.

Mengenai radar Congot, Bambang Eko belum dapat memastikan area tersebut ikut terdampak pembangunan bandara atau tidak. Untuk sementara, pembebasan lahan untuk radar Congot ditunda.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif