News
Selasa, 14 Oktober 2014 - 10:15 WIB

KRISIS POLITIK HONG KONG : Polisi Bersihkan Barikade di Lokasi Demo, Pengunjuk Rasa Bertahan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengunjuk rasa pro demokrasi menyapu jalan setelah polisi mengambil beberapa barikade di lokasi protes di daerah komersial Causeway Bay di Hong Kong, Selasa (14/10/2014). (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, HONG KONG – Puluhan polisi menghapus barikade-barikade dari satu tempat protes Hong Kong kedua pada Selasa (14/10/2014), atau sehari setelah mereka berusaha membersihkan tepi pusat kota utama yang diduduki demonstran pro-demokrasi selama lebih dari dua pekan.

Sekitar 150 petugas polisi mengambil barikade-barikade logam di lokasi perbelanjaan yang ramai Causeway Bay sesaat sebelum fajar.

Advertisement

Kepolisian Hong Kong Senin (13/10/2014) pagi mulai membuka barikade jalan di lokasi para demonstran pro-demokrasi yang menggelar unjuk rasa lebih dari dua pekan untuk melumpuhkan bagian pusat keuangan Tiongkok itu.

Polisi mulai memindahkan pembatas di sekitar lokasi utama unjuk rasa, yakni di kawasan bisnis Admiralty setelah beberapa demonstran ditangkap dan jumlah mereka pun berkurang dalam semalam.

Advertisement

Polisi mulai memindahkan pembatas di sekitar lokasi utama unjuk rasa, yakni di kawasan bisnis Admiralty setelah beberapa demonstran ditangkap dan jumlah mereka pun berkurang dalam semalam.

Namun, beberapa demonstran lainnya yang tidur di tenda-tenda darurat yang dibangun untuk unjuk rasa tersebut masih bertahan di lokasi.

Menurut keterangan polisi, para demonstran memilih untuk membuka jalan bagi pengguna lalu lintas, tapi bukan untuk mengakhiri unjuk rasa.

Advertisement

Setidaknya dua lusin mobil kepolisian diparkir dekat kawasan Admiralty, selain itu, Polisi juga menjaga lokasi unjuk rasa lainnya di Mongkok.

Gerakan Payung

Pada Senin pagi, beberapa demonstran di Admiralty memegang payung sebagai simbol dari gerakan Hong Kong untuk untuk berjaga dari semprotan merica oleh Polisi.

Advertisement

“Saya marah karena gerakan payung ini milik mahasiswa Hong Kong. Polisi tidak seharusnya menjadi musuh, tetapi teman-teman kita,” kata Kim Kwan, seorang mahasiswa berusia 21 tahun.

Para demonstran menyerukan Beijing untuk memberikan demokrasi penuh pada bekas koloni Inggris raya tersebut setelah sebagian daerah Hong Kong mengalami kemandekan selama dua pekan terakhir.

Pimpinan Daerah Administratif Khusus Leung Chun Ying mengatakan kesempatan para demonstran tersebut sangat kecil untuk mengubah sikap Beijing dalam mendapatkan pemilu yang bebas.

Advertisement

Sejak bulan lalu, mahasiswa dan aktivis pro demokrasi dalam jumlah puluhan ribu turun ke jalan untuk meminta Beijing mengubah pemilu yang terkesan mengekang pemilih. Demonstran juga menuntut pengunduran diri Leung.

Kendati demikian, Leung mengatakan,” dalam mencapai hak pilih universal tahun 2017, jika prasyarat terletak pada Undang-Undang Dasar dan keputusan yang dibuat oleh Komisi Kongres Rakyat Nasional, saya percaya tidak akan ada kesempatan untuk mencapai pemilu yang bebas.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif