News
Minggu, 12 Oktober 2014 - 10:05 WIB

KURIKULUM 2014 : SMK Butuh Sinkronisasi Kurikulum dengan Dunia Usaha dan Industri

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PERAKITAN -- Sejumlah siswa SMK sedang melakukan perakitan mesin mobil Esemka di Solo Techno Park. Terkait pengembangan industri nasional dan sekolah kejuruan, sinergi antara kedua institusi ini dituntut semakin baik. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solopos.com, SOLO — SMK perlu melakukan sinkronisasi kurikulum dengan dunia usaha dan industri (DUDI) tiap awal tahun ajaran (TA) baru. Hal itu untuk menyiapkan lulusan yang siap bersaing dalam dunia kerja.

Pengawas SMK Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DisDikpora) Solo, Sigit Murtopo, mengatakan seiring dengan pertumbuhan industri, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) juga semakin berkembang. Kondisi tersebut menuntut SMK untuk terus berinovasi agar tidak ketinggalan dalam mencetak SDM berkualitas.

Advertisement

Salah satu langkah yang dilakukan yakni dengan sinkronisasi kurikulum dengan DUDI. “Kompetensi harus selalu di-upgrade karena kurikulum kan dinamis. Hal itu dilakukan agar lulusan bisa berkompetisi dengan sekolah lain, sesuai dengan kebutuhan DUDI. Jangan sampai ketinggalan,” paparnya kepada Solopos.com di sela-sela kegiatan Lokakarya Sinkronisasi Kurikulum Sekolah dengan Kebutuhan DUDI dan Perguruan Tinggi demi Peningkatan Kualitas Outcomes yang digelar SMK Muhammadiyah 4 Solo di Ramayana Resto, Sabtu (11/10/2014).

Menurutnya, sinkronisasi tersebut diserahkan kepada masing-masing SMK. Pasalnya, sekolah dinilai lebih mengetahui kemana arah peserta didik nanti ketika lulus.

Kepala SMK Muhammadiyah 4 Solo, Elly Elliyun, mengaku selain menghadirkan sejumlah pelaku DUDI, saat sinkronisasi juga menghadirkan akademisi dari perguruan tinggi (PT). “Sebab, lulusan SMK tidak hanya terserap pada DUDI, tetapi juga ada yang ke PT. Tercatat pada TA 2013/2014, siswa kami yang lulus 70 persen di antaranya terserap ke dunia kerja, sedangkan 30 persen sisanya meneruskan pendidikan ke PT,” katanya kepada Solopos.com, Sabtu.

Advertisement

Lebih lanjut, dia mengatakan mutu penyelenggaraan pendidikan bisa dilihat dari beberapa indikator. Indikator yang selama ini digunakan itu yakni nilai ujian nasional, persentase kelulusan, angka drop out, angka mengulang kelas, persentase lulusan yang langsung bekerja dan yang melanjutkan ke PT.

Dengan adanya sinkronisasi kurikulum ini, sambungnya, sekolah bisa menentukan kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI. Selain itu, sekolah juga bisa mengarahkan peningkatan kualifikasi tenaga pendidik.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif