News
Minggu, 12 Oktober 2014 - 15:00 WIB

Belum Siap Bersaing dengan China, UKM Indonesia Jadi Korban

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengrajin ventilasi dari kayu di Gawanan, Colomadu, Karanganyar, sedang menggarap produknya. Para pengusaha kecil dan menengah masih sangat rentan dalam menghadapi pemberlakuan Asean Economis Community (AEC) pada 2015 mendatang. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solopos.com, SOLO — Mayoritas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di ASEAN menjadi korban liberalisasi perdagangan. Kondisi tersebut membuat kalangan UMKM–terutama yang ada di Indonesia–sulit bersaing saat ASEAN Community diberlakukan pada 2015.

Masalah tersebut mencuat dalam seminar internasional bertajuk The ASEAN Economic Community 2015: Impact and Implication on Small and Medium Enterprises yang digelar STIE AUB Solo di gedung Garuda Graha, Sabtu (11/10/2014). Dalam seminar tersebut, hadir sejumlah narasumber dari Universiti Utara Malaysia (UUM) seperti Noor Azizi Ismail, Othman Yeop Abdullah, Imran Arsyad.

Advertisement

Research at Executive Development Program UUM, Imran Arsyad, mengatakan liberalisasi perdagangan UMKM itu terjadi setelah ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) diberlakukan mulai 2010. Padahal, menurutnya, UMKM di ASEN belum siap untuk bersaing dengan Cina.

“Kesiapan itu seperti kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM Indonesia pada saat diberlakukannya ASEAN Community yang direncanakan tahun 2015,” katanya saat memberikan materi, Sabtu.

Ketua STIE AUB Solo, Anwar Hamdani, menambahkan pemerintah perlu mendorong dengan memberdayakan UMKM. Pasalnya, sektor UMKM mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang untuk berkembang serta bersaing dengan perusahaan yang memiliki modal besar.

Advertisement

“Eksistensi UMKM tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pascakrisis ekonomi,” paparnya di lokasi, Sabtu. Selain itu, sambungnya, nilai jual UMKM juga perlu ditambah agar mampu bersaing dengan produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia.

Oleh sebab itu, UMKM diminta untuk terus berbenah menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Pelaku UMKM juga tidak boleh mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya.

Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi hal yang sangat penting. Apalagi, Indonesia memiliki daya tarik investor ASEAN yang kuat. Seminar itu dihadiri sekitar 500 mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen STIE AUB dan tamu undangan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif