Soloraya
Sabtu, 11 Oktober 2014 - 15:30 WIB

KEKERINGAN BOYOLALI : Meski Dekat Sumber Air, Petani di Teras Boyolali Kekeringan Tiap Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Rachman)

Solopos.com, BOYOLALI — Sejumlah petani di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Boyolali, mengaku harus mengelurakan biaya sedikitnya Rp180.000 per hari selama musim kemarau untuk menyewa mesin disel.

Salah seorang petani asal Kelurahan Kemiri yang menggarap lahan pertanian di Nepen, Triwanto, 60, mengatakan mesin disel petani sewa untuk menyedot air dari Umbul Nyamplung di sekitar mereka guna disalurkan ke lahan pertanian.

Advertisement

“Tarif sewa mesin disel satu jam yakni Rp18.000. Hla satu patok lahan pertanian perlu 10 jam pengairan. Jadi kami harus mempersiapkan biaya sedikitnya Rp180.000. Belum lagi kalau lahannya satu hektar [sekitar empat patok] ya? Petani harus siap uang lebih banyak karena tentau menyewa disel lebih lama,” ujar Triwanto saat berbincang dengan Solopos.com di ladangnya, Sabtu (11/10/2014).

Triwanto mengatakan puluhan hektar lahan pertanian padi, jagung, maupun tembakau di Nepen dan sekitarnya sebagian besar mengalami kesulitan air setiap musim kemarau. Satu-satunya cara bagi petani yang sawahnya berada dekat dengan Umbul Nyamplung bisa memperoleh air hanya dengan menyewa pompa sedot milik Pemerintah Desa (Pemdes) Nepen tersebut.

“Kebetulan petani sudah memasang jaringan pipa dari umbul ke lahan pertanian. Jadi disel selain menyedot juga memompa air ke lahan pertanian,” kata Triwanto

Advertisement

Senada dengan Triwanto, petani lain di Nepen, Parjo, 44, mengatakan sudah hampir dua bulan lebih petani melakukan penyedotan air secara bergiliran dari Umbul Nyamplung. Diakuinya, kebanyakan lahan pertanian di Teras memang hanya mengandalkan air hujan.

“Jaringan irigasi kering semua kalau tidak ada hujan. Petani harus sedot air dari umbul. Cukup banyak petani yang membutuhkan air dari umbul, akhirnya kami juga harus mendaftar dan mengantre terlebih dahulu agar mendapat jatah giliran pengairan,” kata Parjo.

Sementara itu, pengelola mesin disel di Umbul Nyamplung, Sudarno, 40, mengatakan tarif sewa disel senilai Rp18.000 per jam menjadi kesepakatan pengelola dengan petani. Tarif tersebut untuk mengganti ongkos pembelian bahan bakar minyak (BBM) dan jasa operasional pada disel tersebut.

Advertisement

“Sudah banyak petani yang antre untuk memperoleh air dari hasil sedot di umbul. Saya harus mencatat jadwal mereka untuk berhak mendapatkan jatah air itu. Kalau tidak ada yang ngatur [pembagian jatah], petani juga bisa rebutan. Ketersediaan air sudah kritis,” kata Sudarno.

Sudarno berharap memperoleh bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali untuk menyediakan alat kincir penggerak disel. Alat tersebut diprediksi bisa menghemat pengeluaran petani selama musim kemarau lantaran harus menyewa mesin disel.

“Kalau ada kincir, petani tidak perlu menyewa disel dengan tarif sebanyak sekarang [Rp18.000]. Harga kincir penggerak yang puluhan juta masih menjadi soal kami tidak mampu untuk membelinya,” imbuh dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif