Jateng
Minggu, 5 Oktober 2014 - 21:50 WIB

IDULADHA 2014 : Ribuan Warga Semarang, Rela Antre Berjam-jam demi Daging Kurban

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kurban di Masjid Sawunggaling, Solo, Sabtu (4/10/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Ilustrasi daging kurban. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Kanalsemarang.com, SEMARANG– Ribuan warga terlihat mengantre pembagian daging kurban yang dilaksanakan di berbagai titik, salah satunya Masjid Agung Semarang di kawasan Kauman, Semarang.

Advertisement

Pada pembagian daging kurban di masjid yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kauman Semarang, Minggu, sejumlah pengantre daging kurban itu mengaku sudah mengantre selama berjam-jam.

Salah satu pengantre daging kurban, Suwarni, 46, warga Karanganyar, Semarang, mengaku sudah mengantre sejak pukul 13.00 WIB demi mendapatkan urutan depan agar mendapatkan jatah daging kurban.

Ia mengaku sudah enam tahun terakhir “setia” mengantre pembagian hewan kurban di Masjid Kauman Semarang karena pasti mendapatkan jatah, mengingat kantong berisi daging yang dibagikan banyak.

Advertisement

“Tahun-tahun kemarin saya mengantre di sini selalu dapat [daging]. Ya, kalau saya orang kaya, mampu beli daging, ‘ngapain’ ikut antre. Rencananya, dagingnya mau saya masak bestik,” ungkapnya seperti dikutip Antara, Minggu (5/10/2014).

Sementara itu, Sekretaris Takmir Masjid Kauman Semarang Muhaimin mengatakan ada sebanyak 12 ekor sapi dan 53 ekor kambing yang disembelih pada Idul Adha 1435 Hijriah di masjid tersebut.

“Ada sekitar 3.500 kantong berisi daging yang kami bagikan kepada para pengantre ini mulai pukul 15.30 WIB. Dari dulu, menggunakan tinta untuk menandai warga yang sudah dapat daging,” katanya.

Advertisement

Koordinator Distribusi Panitia Idul Adha Masjid Kauman Semarang itu menjelaskan penerima hewan kurban terbagi atas beberapa kelompok yakni pertama orang yang berkurban dan masyarakat sekitar.

“Kedua, fakir miskin di sekitar Masjid Kauman, ketiga adalah warga di kelurahan-kelurahan di Semarang Tengah yang minus, keempat adalah pemohon dari panti asuhan, yatim piatu, dan sebagainya,” katanya.

Kelima, kata Muhaimin, adalah fakir miskin jalanan yang diberikan kesempatan untuk mengantre yang ditandai dengan tinta yang dicelupkan ke jari usai menerima agar tidak ada yang menerima dobel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif