News
Kamis, 2 Oktober 2014 - 09:27 WIB

PEMILIHAN PIMPINAN DPR : Kunci Kekalahan Keempat Kubu Jokowi: Sikap Aneh Megawati dan Perppu Pilkada

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota DPR dari Fraksi PDIP memprotes pimpinan sidang sementara Popong Otje Djundjunan (kiri) dan Mudaffar Sjah (kedua kiri) dalam Sidang Paripurna II DPR untuk pemilihan pimpinan DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2014). PDI Perjuangan meminta sidang dihentikan dan dilanjutkan pada Kamis (2/10/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Rosa Panggabean)

Solopos.com, JAKARTA — Koalisi Indonesia Hebat menelan kekalahan keempat setelah pembahasan UU MPR DPR DPD (MD3), Peraturan Tata Tertib DPR tentang paket dalam pemilihan pimpinan DPR, dan pilkada langsung yang berakhir di RUU Pilkada. Padahal, keberhasilan mereka mengajukan calon pimpinan DPR sudah di depan mata. Bagaimana bisa gagal?

Sebenarnya, koalisi pendukung Jokowi-JK itu sempat memiliki harapan bisa meraih kursi pimpinan DPR dengan kabar merapatnya dua partai, Demokrat dan PPP, ke kubu mereka. Namun apa daya, harapan itu menguap di menit-menit akhir.

Advertisement

Koalisi pendukung Jokowi JK memang butuh tambahan dua parpol untuk dapat mengajukan paket calon pimpinan DPR. Masalahnya, mereka hanya beranggotakan empat fraksi, yaitu PDIP, PKB, Nasdem, dan Hanura. Padahal dalam tatib (yang juga mengikuti usulan Koalisi Merah Putih), syarat calon paket pimpinan DPR minimal diusung lima partai.

Hasil voting di Senayan pun diiringi deal politik level elite. Kabarnya, ada “bayaran” mahal yang  dikeluarkan Koalisi Merah Putih untuk mendapatkan kembali dukungan Partai Demokrat dan PAn yang sudah diambang pintu koalisi Jokowi-JK.

Berikut perkembangan lobi kubu Jokowi-JK untuk mendekati PPP, Partai Demokrat, dan PAN menjelang pemilihan pimpinan DPR hingga detik terakhir.

Advertisement

Baca: Jokowi Bertemu SBY
Jokowi Bertemu SBY

Presiden terpilih Joko Widodo bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di suatu tempat pada Selasa 30 September 2014 malam. Pertemuan itu dalam rangka tukar pikiran menyangkut kepentingan negara, bangsa dan rakyat.

Selain itu, keduanya juga membicarakan isu terkini mengenai dinamika politik yang ada di parlemen yakni pemilihan pimpinan DPR RI. “Kita berbicara banyak hal menyangkut kepentingan negara, bangsa dan rakyat tetapi juga ada sedikit-sedikit yang berkaitan dengan hari ini,” katanya di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Rabu (1/10/2014).

Advertisement

Jokowi mengatakan di parlemen sedang ramai soal pemilihan pimpinan DPR RI di mana sebagian partai Koalisi Merah Putih menghendaki dilaksanakan pada malam ini. Jokowi berpendapat penentuan pimpinan DPR RI tidak perlu tergesa-gesa.

“Kalau saya kenapa tergesa-gesa diselesaikan hari ini,” jelasnya.

Baca: SBY Gagal Ketemu Megawati
SBY Gagal Ketemu Megawati

Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, kabarnya, SBY meminta agar bisa bertemu langsung dengan Megawati untuk membicarakan mengenai paket pimpinan DPR.

Namun upaya SBY untuk bertemu Megawati buntu. Sebaliknya, Megawati mengirim utusan yakni Jokowi, Jusuf Kalla, Puan Maharani, Surya Paloh dan Aksa Mahmud untuk menemui SBY. Namun utusan tersebut juga gagal bertemu SBY karena Ketua Umum Demokrat itu memang ingin bertemu langsung dengan Megawati.

“Dari pihak saya sebenarnya sudah sejak lama ingin bertemu Ibu Megawati, tapi memang Tuhan belum mengizinkan,” jelas SBY mengenai gagalnya pertemuan dengan Megawati, Kamis (2/10/2014) dini hari.

Terkait dengan rencana pertemuan lanjutan ini, politikus senior PDIP Pramono Anung menyatakan Megawati dan SBY gagal bertemu karena adanya perbedaan pandangan.

“Kalau Pak SBY ingin bertemu dulu baru bicara. Sedangkan Ibu (Megawati) ingin kita bersama-sama dulu (dalam satu koalisi), baru bisa bertemu,” ujar Pramono.

Baca: 2 Partai Dikabarkan Merapat ke Jokowi
2 Partai Dikabarkan Merapat ke Jokowi

Joko Widodo menegaskan dua partai Koalisi Merah Putih akan merapat untuk bergabung dengan koalisi pemerintah. “Dua partai. Ini masih dalam proses semuanya,” katanya di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Rabu (1/10/2014) malam. Ia menolak untuk menyebutkan nama partainya.

Ketika ditanya sejauh mana komunikasi dengan kedua partai tersebut, ia enggan untuk menyebutkan. Menurutnya perubahan konstelasi politik menjelang pemerintahan baru sangat cepat sehingga tidak bisa diperkirakan.

“Sekarang ini perubahan dari detik ke detik, menit ke menit. Perubahan cepat, dari yang 80% jadi 40%, dari 40% jadi 100%,” ujarnya.

Baca: Demokrat Setuju Tawaran KMP, Ini Kesepakatannya
Demokrat Setuju Tawaran KMP, Ini Kesepakatannya

Dampak gagalnya pertemuan SBY dan Megawati adalah kandasnya upaya Koalisi Indonesia Hebat pendukung Jokowi-JK untuk menggaet Demokrat dan PAN. Padahal, sebelumnya, komunikasi sudah dibangun oleh Jokowi, JK, dan petinggi-petinggi partai koalisi yang ikut turun gunung melakukan lobi beberapa hari ini.

Di sisi lain, Koalisi Merah Putih (KMP) juga memang berupaya keras agar PD dan PAN tetap berada di jajarannya. Kabarnya, KMP membayar mahal untuk mendapatkan dukungan PD dengan akan menyetujui Perpu Pilkada yang akan disampaikan Presiden SBY ke DPR sore hari ini, Kamis (2/10/2014). Padahal, pada 26 September lalu, KMP-lah yang menggolkan UU Pilkada yang menolak Pilkada langsung. Namun, belum ada konfirmasi resmi dari KMP tentang dukungan Perpu Pilkada ini.

Demokrat yang awalnya mendeklarasikan diri sebagai partai penyeimbang menerima tawaran paket pimpinan DPR yang diusulkan KMP. Begitu juga dengan PAN yang dari awal memang tergabung dalam koalisi pendukung Prabowo-Hatta dalam Pilpres lalu. Partai Demokrat menyorongkan Agus Hermanto sebagai Wakil Ketua DPR. Sedangkan PAN mengajukan Taufik Kurniawan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif