Soloraya
Minggu, 28 September 2014 - 10:31 WIB

IDULADHA 2014 : Harga Sapi di Boyolali Naik Rp4 Juta Jadi Rp16 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternak sapi di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Purnomo, 37, memberi makan sapi milikny, Sabtu (27/9/2014). Harga sapi rata-rata di Kota Susu saat ini naik mencapai Rp4 juata per ekor menjelang Idul Adha. (Irawan SA/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI—Harga sapi di wilayah Kabupaten Boyolali naik hingga Rp4 juta per ekor pada satu pekan menjelang Idul Adha ini. Rata-rata sapi lokal peranakan ongole (PO) yang biasanya Rp11 juta sampai Rp12 juta per ekor, kini naik hingga mencapai Rp15 juta sampai Rp16 juta per ekor.

Salah seorang peternak sapi di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Purnomo, 37, mengatakan harga sapi mulai merangkaknaik sekitar dua bulan lalu. Kenaikan harga tersebut hanya terjadi pada sapi jantan, sedangkan sapi betina tetap stabil.

Advertisement

“Harga sapi jantan yang biasanya untuk kurban saat Hari Raya Idul Adha, antara lain jenis sapi brenggolo, sapi meta, dan sapi brahma. Semua naik berkisar Rp11 juta menjadi Rp15 juta sekian,” kata Purnomo saat dijumpai Solopos.com di kandang sapinya, Sabtu (27/9/2014).

Purnomo mengatakan selain mendekati Lebaran, harga sapi hidup tersebut terus mengalami kenaikan naik lantaran dipengaruhi oleh harga pangan. Saat ini, harga pangan seperti ketela, gerami, rumput, serta bekatul naik hampir 100% dari harga sebelumnya.

“Musim kemarau stok makanan alami mnim. Harga pakan akhirnya mempengaruhi juga biaya perawtan yang berimbas pada harga jual sapi. Rata-rata pedagang menaikan harga sapi agar terhindar dari kerugian,” ujar Purnomo.

Advertisement

Purnomo menambahkan harga sapi jenis super juga mengalami kenaikan drastis. Menurut dia, harga minimal sapi jenis super seperti, limousin dan simental mencapai Rp18 juta sampai Rp20 juta per ekor. Tren harga sapi naik peternak memprediksi hingga hari H Lebaran.

“Harga tergantung juga pada kualitas dan ukuran sapi. Harga sapi jawa kulit putih di Boyolali bisa tinggi. Namun, sapi jawa dengan kulih hitam biasanya [harganya] stabil. Kondisi itu lain cerita di Solo. Ya, jenis memang juga menjadi faktor yang membedakan harga sapi teersebut,” imbuh dia.

Meski harga naik, lanjut Purnomo, sapi yang dijual tetap diminati pembeli. Bahkan, 40 ekor sapi yang dia miliki saat ini sudah laku terjual dengan sistem booking kepada pemesan dari berbagai daerah di luar Boyolali, termasuk Semarang.

Advertisement

“Sebenarnya saya pribadi tidak begitu mencari untung. Kalau ada pembeli yang menawar dengan kemampuan mereka juga tetap saya layani. Lagi pula sapi yang dibeli saat ini tujuannya kan memang untuk sedekah saat Lebaran. Jadi harga sapi yang tinggi memang karena menyesuaikan dengan ongkos perawatan dan juga trasportrasi apabila sapi dikirim,” jelas Purnomo.

Sementara itu, dijumpai Solopos.com secara terpisah belum lama ini di kantornya, Kepala Dinas Peternakan dan perikanan (Dinakkan) Boyolali, Bambang Jiyanto, mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali bakal terus mengawasi harga jual sapi di wilayah Kota Susu.

Pemkab menghimbau agar peternak menjual harga wajar. Artinya, jangan sampai ada masyarakat yang mengeluh sulit membeli hewan kurban untuk persiapan Hari Raya.

“Harga sapi naik sebenarnya wajar saat Idul Adha. Namun jangan terus dijadikan alasan oleh peternak atau pedagang untuk meraup untuk banyak. Kami akan pantau terus kondisi lapangan [pasar],” jelas Bambang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif