News
Jumat, 26 September 2014 - 11:20 WIB

PENCEGAHAN DBD : Kemungkinan Nyamuk Tularkan Wolbachia ke Manusia Kecil

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Harianjogja.com, JOGJA-Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Eggi Arguni menerangkan melepas nyamuk dengan wolbachia efektif mencegah penularan virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Mengenai kemungkinan orang tertular wolbachia lewat gigitan nyamuk, da mengemukakan sangat kecil kemungkinan. Pasalnya, diameter wolbachia melebihi dari probosis, bagian dari mulut nyamuk untuk menghisap darah dan menembus kulit manusia.

“Diameter wolbachia lebih besar dari probosis nyamuk. Secara terori tidak mungkin menular apalagi wolbachia tidak bisa hidup di sel mamalia,” imbuhnya.

Advertisement

Eggi menambahkan, setiap nyamuk yang dilepas di rumah-rumah penduduk sebelumnya telah diskrining agar bebas dari virus dengue dan chikungunya. Kekhawatiran dan penolakan kelompok masyarakat sebelumnya bahwa pelepasan nyamuk ber-wolbachia memperbesar risiko penulran DBD ternyata tidak terbukti.

Sembilan bulan pasca pelepasan nyamuk ber-wolbachia, hanya ditemukan sembilan kasus DBD. Itu pun masih disangsikan apakah korban DBD tersebut terkena gigitan di daerah tempat tinggalnya atau di tempat lain.

“Kemungkinan tertular di tempat yang lain sangat besar. Tapi yang perlu kita tegaskan, tidak ada penularan lokal di kedua wilayah tersebut, tidak ada indikasi yang kita temukan,” ungkapnya.

Advertisement

Penelitian bersama yang melibatkan beberapa negara seperti Australia, Vietnam, Brasil dan Kolombia ini saat ini masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Jika nantinya terbukti efektif, tidak menutup kemungkinan pemanfaatan nyamuk ber-wolbachia bisa menjadi alternatif untuk mengatasi penyebaran virus dengue di Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, penderita DBD di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, meski angka kematian terus menurun. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita, angka kematian mencapai 816 orang.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif