Soloraya
Jumat, 26 September 2014 - 03:40 WIB

Karyawan Agen Gas 3 Kg di Karanganyar Jual Elpiji Melon di Atas HET

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, KARANGANYAR—Sejumlah oknum karyawan agen penjualan elpiji tiga kilogram di wilayah Bumi Intanpari kedapatan menjual elpiji 3 kg atau biasa disebut elpiji melon di atas harga eceran tertinggi (HET) ke pangkalan.

Mereka melakukan praktik ilegal itu tanpa sepengetahuan perusahaan. Praktik itu tertangkap tangan saat Satgas Pemantau Distribusi Elpiji melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke belasan pangkalan.

Advertisement

Kasubag Sumber Daya Alam (SDA) Bagian Perekonomian Setda Karanganyar, Farida, menjelaskan tim menggelar sidak dan mendapati oknum sopir pengantar barang menaikkan harga jual sepihak. Dari HET seharusnya senilai Rp12.750 menjadi Rp13.000.

“HET agen ke pangkalan seharusnya Rp12.750, tapi malah dijual di atas itu. Kami menangkap tangan sopir tiga agen elpiji, padahal di Karanganyar ada 11 agen. Artinya mereka mencari keuntungan sendiri,” jelas Farida, saat dijumpai wartawan di ruangannya, Kamis (25/9/2014).

Aksi Nakal
Aksi nakal itu dilakukan sopir dengan mengelabui penyedia kerjanya seolah laporan pengiriman tidak bermasalah. Padahal, mereka berhasil mengantongi keuntungan ekstra dari menjual elpiji di atas HET. Praktik ilegal itu tercium setelah satgas melakukan survey variasi harga jual dari pangkalan ke pengecer.

Advertisement

HET yang disarankan dari pangkalan seharusnya dijual senilai Rp 14.500 per tabung. “Variasi harga di tingkat pangkalan menyebabkan kenaikan harga pula di tingkat pengecer. Pangkalan yang menjual harga lebih tinggi patut dicurigai menjadi korban sopir nakal. Sopir nakal ini modusnya bisa saja tidak menyerahkan elpiji yang seharusnya diantar kalau pangkalan tak mau membayar sesuai harga yang mereka inginkan,” terang Farida, sembari menambahkan di Karanganyar terdapat 1.331 pangkalan.

Pihaknya mendesak agar agen penyalur elpiji bertindak tegas menanggapi temuan itu untuk meredam gejolak harga. Dalam waktu dekat, seluruh sopir pengangkut elpiji berikut penyalur bakal dikumpulkan guna keperluan tersebut.

Farida menambahkan biasanya usai sidak dilakukan, sopir nakal itu mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bernaung. Pasalnya, jika agen kedapatan melakukan praktik ilegal, izin penyaluran dapat dicabut pemerintah.

Advertisement

Di pasaran, harga elpiji melon pernah menyentuh nilai Rp17.000 hingga Rp18.000 per tabung. Selain harganya tinggi, untuk mendapatkan barang bersubsidi tersebut sulit lantaran terdapat migrasi pengguna elpiji 12 kilogram ke tiga kilogram. Migrasi itu terjadi akibat kenaikan harga elpiji nonsubsidi naik. Padahal, kuota untuk Karanganyar tidak berubah dengan jatah harian 22.451 tabung.

Sebelumnya, sejumlah warga dan pengusaha kecil di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Karanganyar juga merasa kesulitan mendapatkan pasokan elpiji melon itu. Salah satu pemilik pangkalan elpiji di Desa Ngringo, Sarmini, 60, mengaku stok dari agen PT. Patra Laras datang setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Setiap kali datang, ia dijatah sebanyak 30 tabung gas yang langsung ludes dalam tempo setengah hari. Padahal, sebelumnya stok elpiji 3 kilogram miliknya masih ada hingga dua hari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif