Soloraya
Selasa, 23 September 2014 - 01:41 WIB

KEKERINGAN KLATEN : Pakan Sulit Dicari, Produksi Susu Sapi Jatinom Klaten Anjlok

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pekerja sedang memerah susu sapi di peternakan sapi perah di Desa Krajan, Jatinom, Senin (22/9/2014). Produksi susu sapi di kecamatan setempat merosot hingga 30% pada musim kemarau tahun ini. (Chrisna Canis Cara/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN—Ratusan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom dibikin pusing dengan musim kemarau tahun ini.

Kemarau berkepanjangan membuat produksi susu sapi di wilayah itu anjlok hingga 30%. Hal itu lantaran peternak sulit mencari pakan yang cukup bagi sapi peliharaannya.

Advertisement

Staf administrasi Koperasi Unit Desa (KUD) Jatinom, Joko Suparno, saat ditemui wartawan di koperasi setempat, Senin (22/9/2014), mengatakan penurunan produksi susu sapi di Jatinom sudah berlangsung beberapa bulan terakhir.

Menurut Joko, saat ini peternak sapi perah hanya mampu menghasilkan susu maksimal 7.000 liter per hari. Padahal sebelumnya koperasi tersebut menerima hingga 10.000 liter susu sapi per hari.

“Musim kemarau cukup berpengaruh terhadap produksi susu sapi. Rata-rata peternak kesulitan mencari pakan untuk mendukung perkembangan ternak,” ujarnya.

Advertisement

Joko mengatakan pakan ternak berupa ijon yang terdiri dari jerami, rumput gajah dan jagung sulit berkembang jika musim hujan. Stok pakan yang pas-pasan membuat hasil produksi susu sapi menjadi kurang maksimal.
“Sebagian peternak yang memiliki kelebihan finansial akhirnya membeli ijon dari luar daerah. Namun ada juga yang tak mampu menutup kebutuhan pakan. Akhirnya hasil perahan tidak optimal,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Kelompok Ternak Sapi Perah Tani Makmur, Krajan, Tri Widodo, mengatakan biasanya ada sejumlah petani yang rutin menjual ijon ke kelompoknya untuk bahan pakan. Namun, dua bulan terakhir pasokan tersebut tersendat. “Padahal ketersediaan pakan sangat berpengaruh pada kualitas susu,” kata dia.

Tri mengatakan rata-rata peternak di kelompoknya memilih tombok biaya operasional ketimbang mengurangi produksi sapi perah. Menurutnya, saat ini peternak harus menyiapkan dana Rp13.000 per hari untuk memberi makan seekor sapi.

Advertisement

Dalam kondisi normal, biaya operasional hanya sekitar Rp8.000. “Biaya membengkak karena kami harus membeli pakan di luar daerah.”

Namun, pihaknya mengaku tak terlalu merisaukan pembengkakan biaya tersebut. Tri mengatakan kualitas dan produksi susu yang stabil tetap menjadi prioritas utama. “Saat ini kami masih mampu memproduksi 20-24 liter susu sapi per hari,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif