Soloraya
Selasa, 23 September 2014 - 16:30 WIB

DEMO TOLAK PABRIK SEMEN REMBANG : Hendak Turunkan Merah Putih, Aksi Mahasiswa Berujung Bentrok

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi.dok

Solopos.com, SOLO — Unjuk rasa yang dilakukan massa dari Koalisi Solo untuk Kendeng di halaman Balai Kota Solo berakhir bentrok, Selasa (23/9/2014) siang. Massa terpaksa dibubarkan aparat karena hendak menurunkan bendera merah putih.

Pantauan Solopos.com, massa yang terdiri atas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), BEM Universitas Tunas Pembangunan (UTP), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Adam malik, seniman Solo Raya, dan MPM UMS, bergerak ke Balai Kota Solo sekitar pukul 11.45 WIB, Selasa.

Advertisement

Kedatangan mereka sempat diadang aparat yang berada di depan Balai Kota. Setelah bernegosiasi, massa akhirnya diizinkan memasuki halaman Balai Kota Solo untuk berorasi. Aksi mahasiswa tersebut dikawal ketat oleh puluhan aparat dari Polresta Solo bersenjata lengkap, Satpol PP, dan Linmas.

Dalam orasinya, mahasiswa ingin bertemu dengan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, untuk berdialog. Massa ingin agar Rudy menyampaikan penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia di Kendeng, Rembang. Setengah jam berlalu, Wali Kota Solo tidak kunjung menemui mahasiswa.

Salah satu massa kemudian berusaha melepas tali dari bendera merah putih yang berkibar di halaman Balai Kota Solo. Belum berhasil melepas ikatan tali, aksi nekat mahasiswa itu langsung dicegah oleh Satpol PP yang mengawal aksi mereka. Sejumlah personil polisi berseragam dan tak berseragam sempat tersulut emosi.

Advertisement

Aparat juga berusaha menangkap sejumlah mahasiswa yang dianggap sebagai provokator. Sempat terjadi bentrok dan adu mulut antara mahasiswa dengan aparat. Bahkan, sejumlah mahasiswa sempat mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan dengan dijambak dan didorong aparat.

Bentrokan antara massa dengan aparat mereda setelah Kasat Binmas Polresta Solo, Kompol Juliana, berdialog dengan mahasiswa. Massa sempat diancam akan digelandang ke Polresta akibat perbuatan mereka. Namun, massa akhirnya membubarkan diri dengan damai dengan aparat sekitar pukul 13.00 WIB.

Koordinator aksi, Suci Nor Afifah, mengatakan pihaknya tidak berniat untuk menurunkan bendera merah putih. Menurutnya, massa hanya ingin agar bendera merah putih diturunkan hingga setengah tiang sebagai wujud keprihatinan yang saat ini terjadi di Rembang.

Advertisement

“Kami hanya akan menurunkan bendera setengah tiang. Wali Kota Solo tidak berani menentukan sikap terkait kasus yang terjadi di Kendeng, Rembang. Padahal, Solo adalah central of Java, tetapi Pak Wali tidak mau menemui kami dan menentukan sikapnya,” katanya kepada wartawan seusai aksi di lokasi, Selasa.

Sementara, koordinator aksi yang lain, Daryono, menambahkan aksi tersebut berawal dari kepedulian terhadap warga Kendeng, Rembang. Akibat pembangunan pabrik semen tersebut, menurutnya, telah menggusur banyak petani yang ada di lokasi. “Apalagi, besok [hari ini] adalah hari tani. Sangat ironis jika di hari tani, masih banyak petani yang tergusur dari lahan mereka dan tidak akan punya tempat lagi,” katanya dalam orasi, Selasa.

Selain itu, massa juga menuntut agar PT. Semen Indonesia menarik semua alat berat yang beroperasi, meminta pemerintah menghentikan semua kegiatan pabrik, menuntut Kementerian Lingkungan Hidup untuk melakukan evaluasi Amdal serta meminta TNI dan Polri untuk netral.

Sebelumnya, massa berorasi di bundaran Gladak, Pasar Kliwon. Massa sempat melakukan aksi blokir jalan, namun berhasil dicegah aparat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif