News
Selasa, 23 September 2014 - 18:39 WIB

CUPU PANJALA : Elite Partai Hadir dalam Pembukaan Cupu

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suharno dan Slamet dengan seksama menunggu prosesi pembukaan kain kafan cupu panjala, Selasa (23/9/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pembukaan kain kafan Cupu Panjala tak hanya dihadiri kalangan masyarakat biasa. Sebab, empat anggota DPRD dari Gunungkidul dan dua orang perwira dari polres ikut melihat proses tersebut.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan Harian Jogja, Selasa (23/9/2014) elit tersebut antara lain Suharno (Ketua DPRD Gunungkidul), Eko Rustanto (Ketua Fraksi Demokrat), Wahyu Ade Pradana Putra (Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan), serta Slamet (Anggota DPRD DIY dari Golkar). Sedang, perwira polisi yang hadir adalah Wakil Kepala Polres Gunungkidul Kompol Irwan Setyawan dan AKP Iswanto.

Advertisement

Oleh panitia, mereka disediakan tempat khusus, yakni di sebelah barat tempat pembukaan cupu. Namun, di tengah-tengah prosesi, banyak elit tersebut meninggalkan lokasi, dan hanya menyisakan Ketua DPRD Gunungkidul yang mengikuti proses pembukaan kain kafan hingga selesai.

“Saya tidak kuat dan menyerah,” kata Wahyu Ade Pradana Putra kepada wartawan.

Sebagai salah satu bakal calon bupati Gunungkidul, AKP Iswanto saat dikonfirmasi hanya tersenyum, serta tidak memberikan jawaban kehadiran di tradisi yang berlangsung sejak ratusan tahun itu.

Advertisement

Sementara, Ketua Fraksi Demokrat Gunungkidul Eko Rustanto mengaku, telah mengikuti tradisi tersebut sejak dua tahun lalu. Menurut dia, tidak ada maksud lain atas kehadirannya di acara adat itu, karena kedatanganya hanya untuk melestarikan budaya nenek moyang.

“Dua tahun ini saya terus hadir. Bagi saya, ini sebagai bentuk untuk melestarikan budaya bangsa,” kata dia kepada wartawa di lokasi pembukaan cupu Dusun Mendak, Girisekar, kemarin.

Tak jauh berbeda juga diungkapkan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno. Menurut dia, tradisi cupu panjolo harus terus dilestarikan. Terutama, di tengah serangan budaya barat yang semakin merajalela.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif