News
Senin, 22 September 2014 - 09:40 WIB

Ini Ragam Kekerasan yang Diterima Anak di Sekolah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bentrok (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, JOGJA – Dewasa ini kasus kekerasan terhadap siswa pendidikan dasar di sekolah kian merebak. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto memberikan lima poin kasus kekerasan yang kerap dialami anak sekolah dasar di seluruh Indonesia.

Poin penting tersebut seperti anak sering menjadi korban cara pandang guru yang salah, pembelajaran kaku yang mengakibatkan anak kurang nyaman belajar maupun kultur sekolah masih mengedepankan beban dan sanksi.

Advertisement

“Ada dua poin lagi, yakni pandangan anak kurang diakomodir serta guru sering berfikir, berfikir dan bertindak menyesuaikan kondisi pendidik yang bukan terbaik bagi anak,” ujarnya saat memberikan pemahaman dalam seminar Membangun Karakter Positif Anak Melalui Sekolah yang Menyenangkan, Sabtu (20/9/2014) yang diselenggarakan Perhimpunan Indonesia Belajar bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Guna menekan angka angka kasus kekerasan pada anak sehingga tidak berakhir trauma, ia menilai sekolah ramah anak perlu segera diterapkan. Adapun prinsip sekolah ramah anak seperti tanpa diskriminasi, tanpa kekerasan, mengedepankan kepentingan anak, memperhatikan tumbh kembang anak dan memberikan penghargaaan atas prestasi anak.

“Salah satu wujud yang bisa dilakukan sekolah adalah memasang segala bentuk hasil karya anak di tempat yang relevan sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi si anak. Itu akan memotivasi serta memberikan kenyamanan anak untuk memacu proses belajarnya,” tandasnya.

Advertisement

Sementara Pakar Pendidikan Anak dari UAD, Sunyata menambahkan selama ini banyak kritik mengarah pada sekolah karena penggunaan paksaan yang kerap dilakukan terhadap siswa. Imbasnya, perasaan takut melingkupi suasana belajar di kelas sehingga anak-anak belajar juga tidak optimal.

“Pendidikan dengan orientasi modern dan religius tidak memberikan kebebasan yang dibutuhkan sekolah dan anak-anak. Ini berbeda dengan pendidikan kaum humanis yang menempatkan kebebasan menjadi hal paling penting. Para pionis pendidikan dunia menekankan kebebasan ini,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif