Jogja
Jumat, 19 September 2014 - 04:20 WIB

Debit Air Menyusut, Ini yang Perlu Dilakukan Petani di Bantul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani mengairi lahan pertanian dengan mesin penyedot air yang dimodifikasi menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Bantul menyatakan musim kemarau saat ini membuat penyusutan debit air sejumlah sungai. Dinas meminta petani menyikapinya dengan menanam palawija yang tidak terlalu membutuhkan banyak air.

“Sudah ada penyusutan debit air meskipun belum ada laporan dari juru pengairan tentang potensi kekeringan,” ujar Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Dinas Sumber Daya Air, Wagiyo, di Bantul, Rabu (17/9).

Advertisement

Dia mengaku masih ada petani yang menanam padi sehingga daerah hilir tidak mendapatkan jatah air bahkan untuk menanam palawija sekalipun.

Wahiyo juga menyebut banyaknya keberadaan kolam ikan di wilayah hulu dan kerusakan jalur irigasi menjadi masalah yang turut memicu tingginya kebutuhan air di wilayah hilir. Seperti area persawahan di Karang Ploso, Kecamatan Piyungan; Daerah Irigasi Tengah di Kecamatan Kasihan dan Sedayu.

Kepala Dinas SDA Bantul Yulianto menambahkan sebenarnya persoalan kebutuhan air untuk pertanian mencakup wilayah-wilayah tertentu saja. Ia membenarkan penyebabnya tidak lain karena pembagian air tidak merata dan kerusakan jaringan seperti Karang Ploso.

Advertisement

Selama ini pengamatan dilakukan dengan melihat ketersediaan air untuk pertanian lewat pengecekan bendung. Jika permukaan air masih melintasi bendung, ketersediaan air untuk irigasi dinilai masih mencukupi sampai hilir.

Yulianto menambahkan instansinya telah mengundang perwakilan kelompok petani untuk merembuk pola tanam yang harus disesuaikan dengan cuaca dan musim kemarau.

Langkah ini dilakukan agar petani turut menentukan jenis tanaman yang sesuai untuk musim kemarau sehingga kebutuhan air untuk pertanian tidak terganggu sampai wilayah hilir.

Advertisement

Pasalnya, banyak keluhan petani di wilayah hilir atas tidak meratanya pembagian air. “Air sungainya sudah dalam dan habis diperuntukkan di wilayah utara,” ungkap Wardoyo, petani di wilayah Bambanglipuro.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif