Jogja
Kamis, 18 September 2014 - 23:40 WIB

TELAGA TRITIS : Dulu Diminum, Sekarang untuk Mandi Ternak

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas di Telaga Tritis, Jaten, Ngestirejo, Tanjungsari, Selasa (16/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Keberadaan telaga di sebuah wilayah membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di sekitar. Apalagi daerah yang langganan terkena kekeringan saat musim kemarau. Adalah telaga Tritis yang dulu dimanfaatkan warga untuk mendapatkan air minum, sekarang justru untuk memandikan ternak. Berikut laporan wartawan Harian Jogja Kusnul Isti Qomah.

“Kalau musim hujan, air di telaga ini penuh. Bahkan sampai meluber,” ucap seorang wanita yang tengah berada di tepi Telaga Tritis di Dusun Jaten, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul Selasa (16/9/2014).

Advertisement

Ana, 30, begitu ia akrab disapa tengah mengajak anaknya melihat-lihat telaga. Telaga Tritis yang kabarnya penuh dengan air di musim penghujan, kini hanya menyisakan kubangan kecil. Kubangan air berwarna cokelat yang dihiasi sampah plastik di sekitar.

Di seberang telaga, tampak seorang pemuda dan dua anak laki-laki berjalan dengan riang. Mereka menuju pohon beringin besar di tepi telaga.

Advertisement

Di seberang telaga, tampak seorang pemuda dan dua anak laki-laki berjalan dengan riang. Mereka menuju pohon beringin besar di tepi telaga.

“Auwoooo!” teriak mereka. Rupanya, ketiga orang itu tengah asyik bergelantung di akar pohon beringin yang menjuntai panjang. Akar itu cukup kuat menahan tubuh orang-orang yang senang bermain ala tarzan itu.

Ketiganya kemudian berjalan memutar untuk mencapai sisi seberang telaga. Setelah menuruni tangga, mereka kemudian duduk tepekur. Pemuda yang lebih tua pun melepas sandal jepitnya.

Advertisement

Di dasar tangga, masih tampak seorang pria paruh baya membasuh tubuh. Ia mencoba menyegarkan diri di teriknya siang. Namun sebelumnya, terlebih dahulu ia memandikan keempat sapi peliharaannya. Setelah sapi bersih, baru ia membersihkan tubuhnya sendiri.

Sakir, 52, mengatakan masih ingat ketika telaga ini digunakan sebagai sumber air minum. Warga, tidak memiliki pilihan lain karena telaga ini merupakan sumber air terdekat. Air dari telaga ini tak langsung dikonsumsi.

Terlebih dahulu, air ditampung di dalam sebuah bak air untuk mengendapkan kotoran. Setelah itu, air dimasak sehingga bisa diminum.

Advertisement

Namun, kondisi itu berubah lima tahun terakhir. Air telaga tak lagi digunakan untuk keperluan minum. Warga mulai memanfaatkan untuk mandi, mencuci, memberi minum dan memandikan ternak.

“Sejak aliran dari PDAM masuk, kami tidak lagi memakai air telaga untuk minum. Kami menggunakan air dari PDAM untuk minum dan memasak,” ujar dia sembari menggembalakan sapi.

Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi warga. Bagi yang tidak berlangganan PDAM, hanya bisa mengandalkan penampungan air hujan. Namun, tampungan itu tidak bisa bertahan hingga musim kemarau berakhir.

Advertisement

Bagi yang mampu, mereka bisa membeli air bersih. Namun, tak semua warga mampu membeli air bersih yang mencapai Rp110.000 setiap tangki.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif