Jogja
Rabu, 17 September 2014 - 23:40 WIB

KENAIKAN HARGA GAS 12 KG : Arang di Gunungkidul Laris

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi arang (antara)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kenaikan harga elpiji membawa berkah bagi pedagang arang karena mereka turut meningkatkan harga.

Salah satu pembuat arang di Desa Ngestirejo, Tanjungsari, Ngajiko, 45, mengatakan, ketika harga elpiji stabil ia biasanya menjual arang sekitar 50 karung. Setiap karung arang memiliki berat 30 kg.

Advertisement

“Namun, saat elpiji mahal, saya bisa menjual hingga 60 bagor [karung],” ujar dia kepada Harian Jogja ketika ditemui di rumahnya, Selasa (16/9/2014).

Satu karung arang ia jual dengan harga Rp50.000. Namun, ketika sampai di pengecer, harga satu bagor bisa mencapai Rp60.000 hingga Rp70.000.

Ngajiko menambahkan, setiap kali produksi semua arangnya selalu laris terjual. “Bahannya kayu akasia, pule, dan melinjo. Proses pembuatan memerlukan waktu empat hari,” ujar dia.

Advertisement

Naiknya harga elpiji 12 kg mulai dirasakan pedagang pesisir selatan. Untuk menghemat pengeluaran, pedagang pun memperbanyak penggunaan arang.

Salah satu pemilik warung di Pantai Kukup, Kemadang, Tanjungsari, Mujiyanto mengatakan, elpiji 12 kg saat ini dijual dengan harga Rp130.000. Biasanya, ia membeli elpiji 12 kg dengan harga Rp110.000 hingga Rp111.000.
“Karena mahal, saya harus menggunakan elpiji 12 kg sehemat mungkin,” ujar dia.

Untuk menyiasati penggunaan elpiji, Mujiyanto pun menambah penggunaan arang untuk memasak. Biasanya, ia menggunakan arang hanya untuk memasak air dan membakar ikan. Namun, sejak elpiji 12 kg naik, arang menjadi bahan bakar utama.

Advertisement

“Saya ingin beralih ke elpiji tiga kilogram. Tapi, saya tidak punya tabungnya. Kebijakan ini kurang tepat. Kalau yang naik hanya elpiji 12 kg, pasti banyak yang pindah ke tiga kilogram. Akibatnya, elpiji tiga kilogram jadi sulit dicari,” imbuh dia.

Menurut Mujiyanto, sebelum harga elpiji 12 kg naik, ia hanya membeli lima bagor arang sekali tempo. Setiap bagor arang memiliki berat 30 kg hingga 40 kg. Satu bagor arang ia beli dengan harga Rp60.000.

“Sekarang, saya langsung membeli 15 bagor untuk memasak. Lebih irit hitungannya,” imbuh dia.

Saat ramai, yakni ketika harus melayani pesanan 200 orang hingga empat kali dalam sehari, Mujiyanto menghabiskan satu bagor dalam sehari. Menurutnya, jika menggunakan elpiji 12 kg, dua hari bisa langsung habis ketika ramai.
“Kalau mau irit lagi, bisa memakai kayu bakar. Satu ikatnya Rp3.000. Sehari rata-rata butuh empat ikat kayu bakar,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif