Jogja
Rabu, 17 September 2014 - 03:20 WIB

Kaum Muda di Bantul Kurang Berminat Geluti Industri Batik

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi batik (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, BANTUL- Minat orang muda di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk terjun menggeluti industri batik dinilai masih kurang.

“Pembatik di Bantul umumnya sudah tua dengan usia di atas 35 tahun karena prosesnya yang panjang sehingga butuh kesabaran dan ketelitian, makanya orang muda jarang terlibat,” kata Kasi Sarana Usaha Industri Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul Suryono, Senin (15/9/2014).

Advertisement

Meski demikian, kata dia bukan berarti tidak ada keterlibatan pemuda dalam industri sektor kerajinan tradisional itu, karena biasanya kreativas anak muda tersebut diaplikasikan ke dalam sebuah desain atau motif batik yang dikombinasikan.

“Yang muda-muda itu biasanya dilibatkan ke desain batik maupun dalam kreasi penggabungan motif, jadi ide yang muda dituangkan dalam desain yang kemudian dipraktikan pembatik sebagai sebuah corak baru,” kata Suryono.

Meski demikian, kata dia pihaknya terus mendorong regenerasi pembatik di Bantul, bahkan penciptaan motif baru baik yang dipadukan dengan pewarna alami untuk batik tulis, maupun yang dikombinasikan dengan batik cap untuk hasil yang bernilai tinggi.

Advertisement

“Apalagi batik sebagai warisan budaya saat ini makin dikenal masyarakat luas, dan telah memiliki pasar yang bagus, kalau pasar bagus yang muda bisa tertarik menggeluti usaha batik, dan harapannya juga memberdayakan perajin,” katanya.

Sementara itu, kata dia hingga saat ini industri kecil menengah (IKM) di sektor kerajinan batik di Bantul ada sebanyak 612 IKM atau rumah produksi, dari jumlah itu dapat menyerap tenaga sebanyak 2.056 orang, itu karena tiap IKM ada beberapa pekerja.

Ia mengatakan, sentra batik Bantul terdapat di Giriloyo, Desa Wukirsasi Imogiri dan Desa Wijirejo Pandak, dua sentra batik tersebut selama ini telah dikenal masyarakat pecinta batik, karena masing-masing sentra memiliki ciri khas dan motif masing-masing.

Advertisement

“Kalau yang banyak itu ada di dua sentra, namun kalau keberadaannya tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Banguntapan, Pajangan, Kasihan dan Pleret, umumnya mereka memproduksi di rumah masing-masing,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif