Jogja
Rabu, 17 September 2014 - 12:40 WIB

ENERGI ALTERNATIF : 30 Kincir Angin Karya Mahasiswa Diadu di Pantai Baru

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Kincir Angin (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, BANTUL-Ratusan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia mengikuti lomba pembuatan kincir angin di Pantai Baru, Srandakan Bantul Selasa (16/9/2014). Bagaimana Kreativitas mahasiswa menciptakan energi terbarukan itu?

Sebanyak 30 Tiang kincir setinggi 8 meter berdiri gagah di sepanjang bibir Pantai Baru, Desa Poncosari, Kecamatan, Srandakan Bantul Selasa (16/9/2014) pagi. Rupa puluhan kincir itu beragam. Ada yang berbentuk diagonal dan berputar horizontal, ada pula berbentuk persegi panjang dengan gerak putaran vertikal. Sebuah kabel yang tertanam di dalam tanah menghubungkan kincir dengan sebuah aki yang diletakan di tanah dekat tiang kincir. Aki itu berguna menampung energi listrik yang dihasilkan dari tiupan angin tersebut.

Advertisement

“Energi listrik yang ditampung di aki digunakan untuk menerangi tenda peserta,” tutur Abraham Ioni Wahyutomi mahasiswa dari Institut
Teknologi Malang, Jawa Timur yang menjadi salah satu peserta lomba.

Ioni dan beberapa kawannya membutuhkan waktu selama satu setengah bulan untuk merancang kincir dengan model yang dinamakan Lenz 2 itu. Kincir ini menghasilkan energi 40 watt hour. Dengan bentuk persegi panjang, berputar vertikal, ia menilai alat ini tidak perlu angin kencang tapi bisa menghasilkan energi besar. Sebab, desain alat ini mampu menggabungkan sensitifitas angin dan kekuatan torsi.

Abraham merupakan satu tim dari 30 Perguruan Tinggi yang lolos mengikuti kompetisi kincir angin 2014. Panitia hanya meloloskan 30
peserta dari 76 peserta yang mendaftar.

Advertisement

“Ini sudah kegiatan yang ke tiga. Universitas Sanata Dharma (USD) tahun ini diminta menjadi tuan rumah karena tahun lalu menang,” kata Petrus Setyo Prabowo Wakil Ketua Panitia kompetisi kincir angin 2014.

Kompetisi tahun ini menurut Petrus lebih seru dibanding tahun lalu. Karena desain kincir yang ditampilkan lebih beragam. Dewan juri akan menilai kincir mana yang menghasilkan energi paling besar serta lebih handal dibanding kincir lainnya. Karya dengan kriteria itulah yang akan menang. Peserta kompetisi tahun ini ditargetkan mampu menciptakan kincir yang menghasilkan lebih dari 300 watt hour selama tiga hari.

“Tahun lalu bisa sampai 300 watt hour, tahun ini harusnya bisa lebih. Selain dinilai berapa besar energi dan kehandalannya, 10 finalis akan diminta mempresentasikan karyanya. Tahun lalu tidak ada tahap presentasi,” ujarnya lagi.

Advertisement

Rektor USD Johanes Eka Priyatma menuturkan energi terbarukan yang dihasilkan kincir angin sangat berguna bagi masyarakat bila terus dikembangkan. Universitas, tambahnya, sejak lima tahun terakhir memanfaatkan teknologi kincir angin untuk membantu sebuah wilayah di Indonesia Timur yang belum terjamah aliran listrik.

“Kami mengajari, memasang dan mengoperasikan listrik dari kincir angin di sana,” ujarnya lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif