Jogja
Selasa, 16 September 2014 - 16:40 WIB

KENAIKAN HARGA GAS 12 KG : Distribusi Gas Bersubsidi Tetap Sesuai Kuota

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, JOGJA-Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengatakan hingga Senin (15/9/2014) sore belum menerima permintaan tambahan kuota elpiji bersubsidi dari masing-masing pemerintah di DIY.

“Kami tetap mendistribusikan gas bersubsidi sesuai kuota,” kata Siswanto.

Advertisement

Menurut dia, distribusi gas bersubsidi dari agen ke pangkalan sejak harga gas 12 kg dinaikkan dilakukan seperti biasa. Kalaupun tingkat permintaan dari pangkalan ke pengecer tinggi, maka hal itu di luar kemampuan Hiswana Migas.

“Tugas kami memonitor dari agen hingga pangkalan saja. Itu bisa dikendalikan. Tapi, kalau dari pangkalan ke pengecer ibaratnya itu hukum pasar, di luar kewenangan kami,” terang Siswanto.

Pihaknya mengakui ada pergerakan migrasi pengguna gas 12 Kg ke 3Kg. Hal itu terlihat dari cepat habisnya gas bersubsidi di masing-masing pangkalan. Padahal, dalam kondisi normal stok gas bersubsidi di pangkalan bisa habis antara tiga hingga empat hari. Di sisi lain, Siswanto menduga, ada pengecer yang mau mengambil keuntungan besar dalam situasi seperti ini.

Advertisement

“Kami berharap ada peran pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan terkait masalah itu. Mestinya barang masih ada, tapi ada
pengecer yang mencari keuntungan lebih,” tandasnya.

Disinggung soal permintaan revisi harga eceran terendah (HET) untuk wilayah DIY, Siswanto mengakui jika DIY kalah start dengan Jawa Tengah. Menurut dia, HET di Jawa Tengah memiliki selisih Rp1.000 pertabung dengan HET di DIY.

“HET di Jawa Tengah Rp13,500 per tabung, kalau di DIY Rp12.500 per tabung. Permintaan revisi HET tersebut disebabkan ada kekawatiran barang lari ke luar DIY,” tutupnya.

Advertisement

Adapun Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Jogja mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir.

”Dari hasil pantauan kami, ada migrasi terjadi dari pengguna Elpiji 12 kg ke 3 kg, namun saya tekankan hal itu tidak signifikan,” ucap Suyana, Kepala Disperindagkoptan Kota Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif