News
Sabtu, 13 September 2014 - 06:40 WIB

Inovasi Sekolah, Siswa Boleh Buka Ponsel Saat Pelajaran

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SMP 4 Pakem saat menggunakan ponselnya dalam proses pembelajaran di dalam kelas pada Jumat (12/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, SLEMAN-Jauh sebelum kurikulum 2013 diterapkan, SMP N 4 Pakem, Sleman sudah terlebih dahulu menerapkan pola pendidikan tersebut. Tidak hanya mengarahkan siswa dengan pengembangkan pendidikan karakter, tetapi juga moving class hingga penggunaan teknologi informasi dalam belajar. Bahkan, siswa pun diperkenankan mengoperasionalkan ponsel saat belajar di kelas. Bagaimana ceritanya?

Ada yang berbeda dalam proses pembelajaran di SMP 4 Pakem, Sleman. Setiap kali bel pergantian pelajaran berbunyi, saat itu pula seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing. Kemudian berpindah ke ruang kelas lain yang di dalamnya sudah ada guru berikut piranti pengajaran. Sekolah ini menggunakan metode moving class dalam proses pembelajaran. Ruang disiapkan bukan sebagai ruang kelas pada umumnya tapi ruang mata pelajaran. Siswa tidak saja berpindah tempat duduk, melainkan juga berpindah ruangan. Sehari paling tidak tiga hingga empat kali sesuai dengan jadwal. Cukup ribet memang, tapi cara itu membuat siswa tidak bosan. Serta guru selalu bersiap di ruang mata pelajaran sesuai yang diampu. Moving class juga dapat melatih tanggungjawab dan sportivitas siswa.

Advertisement

“Siswa sudah terbiasa, bahkan sebelum mendaftar ke sekolah ini, kami coba jelaskan ke orangtuanya,” ungkap Kepala SMP 4 Pakem, Ponidi saat ditemui Harianjogja.com,, Jumat (12/9/2014).

Ponidi pun menunjukkan sejumlah ruangan baik kelas VI, VII maupun VIII. Siswa yang tengah mengikuti pelajaran seni tari, maka berada di ruangan sejenis studio tari. Siswa yang jadwalnya mata pelajaran non-keterampilan mereka juga asik dengan gurunya masing-masing. Siswa asyik membuka netbook atau laptop yang dibawa. Jika tidak memiliki, siswa dapat mempergunakan milik sekolah yang sudah dipersiapkan di belakang tempat duduk. Berkali-kali ia mengingatkan kepada siswanya. Wajib hukumnya bagi siswa SMP 4 Pakem mampu mengoperasikan program komputer seperti power point dan akses internet. Sekolah juga melengkapi diri dengan ruangan khusus untuk mendidik dan mengembangkan karakter moral siswa melalui agama dan kepercayaan masing-masing. Karena itulah, sekolah ini menyatakan jauh lebih siap dalam melaksanakan kurikulum 2013.

“Kalau kendala saya kira semua ada di tiap sekolah, tapi sebelum kurikulum 2013 ini diberlakukan, kami sudah menerapkan sebenarnya. Jadi sudah tidak asing,” ucapnya.

Advertisement

Selain harus mempersiapkan penggandaan buku mata pelajaran yang belum didistribusikan oleh pemerintah, pihak sekolah menguplod isi buku kurikulum 2013 itu website ke sekolah. Siswa pun dapat mendownload-nya. Selain itu guru juga mempersiapkan lembar kerja untuk mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut dalam tiap pertemuan.

Uniknya dalam mengikuti dan menerapkan proses pembelajaran itu sejumlah siswa diperkenankan menggunakan ponselnya. Pihak sekolah tidak khawatir siswa akan menyalahgunakan ponselnya karena mereka sudah dibekali pengetahuan dan pemahaman.

“Memang kami perbolehkan membuka ponsel, karena untuk mendukung proses pembelajaran. Mereka dapat melakukan browsing atau memotret lembaran materi,” ujar Ponidi sembari menunjukkan seorang siswa yang tengah menggunakan ponselnya di dalam kelas.

Advertisement

Soal penerapan laporan pembelajaran siswa, sejak beberapa tahun terakhir sekolah ini sudah memberlakukannya sama seperti kurikulum 2013. Contohnya soal adanya narasi atau penjelasan dalam tiap item pelajaran di raport kurikulum 2013. Metode itu sudah lama dilakukan SMP 4 Pakem.

“Sebenarnya kurikulum sebelumnya pun harusnya ada narasi itu tapi memang saat itu tidak ditagih. Beda dengan kurikulum 2013 kan ditagih jadi saat ini guru harus membuat narasi itu jadinya tiap item pelajaran ada narasinya. Soal pengembangan karakter sesuai tuntutan kurikulum kita sebenarnya harus lebih siap karena sebelum kurikulum itu diberlakukan DIY sudah mulai mengembangkan karakter sesuai keistimewaan Jogja,” ungkapnya lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif