News
Jumat, 12 September 2014 - 20:30 WIB

ISRAEL SERANG GAZA : Beginilah Kehancuran Gaza dan Rekonstruksi yang Nyaris Mustahil

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan Israel di Gaza (telegraph.co.uk)

Solopos.com, GAZA — Dampak 50 hari Israel serang Gaza adalah hancurnya kawasan terpadat di dunia itu dalam waktu singkat. Tak hanya itu, blokade yang terjadi selama bertahun-tahun oleh Israel dan Mesir sejak Hamas berkuasa telah membuat ekonomi Gaza nyaris mustahil diperbaiki.

Pascagencatan senjata, warga Gaza butuh miliaran dolar AS untuk membangun kembali kota itu. Itu pun masih harus berhadapan dengan aturan Israel yang membatasi material bangunan masuk ke Gaza, konflik antar faksi, dan konflik lain.

Advertisement

Sebelum perang, sekitar 30 ton semen melintas ke Gaza tiap pekan. Kini diperkirakan Gaza butuh 10.000 ton semen tiap hari selama enam bulan ke depan. Di Shejaia, kota dekat perbatasan yang dikepung Israel selama perang, banyak rumah dan pabrik rata dengan tanah. Batu-batui bata yang hancur bercampur dengan sampah yang membusuk.

“Beberapa kawasan di Gaza seperti habis diguncang gempa,” kata Menlu Norwegia, Borge Brende, yang berkunjung ke kawasan itu pekan ini untuk memperhitungkan bantuan dan rekonstruksi Gaza, kepada Reuters.

Pemerintah Palestina mengatakan hasil studi pekan lalu menunjukkan proyek rekonstruksi butuh dana US$7,8 miliar atau dua setengah kali PDB Gaza. Angka itu termasuk kebutuhan US$2,5 miliar untuk rekonstruksi dan US$250 juta untuk energi.

Advertisement

Pakar ekonomi Gaza, Maher al-Tabbaa, memperkirakan rekonstruksi Gaza memakan dana minimal US$5 miliar. Negara-negara donor yang terdiri atas Uni Eropa, Turki, dan Qatar, akan menggelar pertemuan di Kairo pada 12 Oktober mendatang untuk membahas rekonstruksi itu. Namun mereka tahu proyek ini akan sangat mahal.

“Saya tidak bisa menyebut pasti angkanya,” kata wakil Uni Eropa untuk Tepi Barat dan Gaza, John Gatt-Rutter. “Yang bisa saya katakan adalah kebutuhannya sangat besar dan tidak ada yang tahu bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu.”

Diperkirakan 18.000 rumah, tiga bangunan apartemen berlantai 14, jalan-jalan, sekolah, jembatan, dan klinik, harus dibangun kembali. Namun yang paling penting saat ini adalah pembangkit listrik. Setidaknya 50% kapasitas pembangkit listrik telah menyusut.

Advertisement

Hal ini menimbulkan krisis air dan masalah pembuangan limbah karena pusat water treatment membutuhkan listrik. Bahkan puing-puing bangunan yang hancur juga menimbulkan masalah karena untuk membuangnya saja butuh dana US%18 juta. Belum lagi soal obat, pendukung sekolah, dan pertanian, yang jelas diperlukan.

Gaza merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Populasi Gaza saat ini mencapai 1,8 juta dengan pertumbuhan 50.000 jiwa tiap tahun. Mereka sangat tergantung bantuan lembaga donor internasional. Apa lagi tingkat pengangguran di sana mencapai 40%. Mau membantu?

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif