News
Kamis, 11 September 2014 - 04:10 WIB

KEKERINGAN JATENG : Klaten, Wonogiri, Boyolali dan 10 Daerah Alami Kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Iustrasi kekeringan (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SEMARANG–Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyatakan sejumlah daerah sudah mengalami kekeringan.

Kepala Bidang Penanggulangan Darurat BPBD Jateng, Gembong Purwanto Nugroho mengatakan, sejumlah daerah telah menerima laporan terjadi bencana kekeringan dan meminta droping air bersih.

Advertisement

“Ada sekitar 13 daerah yang mengalami bencana kekeringan mengajukan permintaan droping air bersih,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (9/9/2014).

Menurut dia, 13 daerah itu meliputi Klaten, Wonogiri, Magelang, Pati, Jepara, Demak, Kebumen, Temanggung, Blora, Grobogan, Boyolali, Kendal, dan Brebes.

Advertisement

Menurut dia, 13 daerah itu meliputi Klaten, Wonogiri, Magelang, Pati, Jepara, Demak, Kebumen, Temanggung, Blora, Grobogan, Boyolali, Kendal, dan Brebes.

BPBD Jateng lanjut Gembong, belum bisa memenuhi semua permintaan droping air bersih di 13 daerah tersebut, karena keterbatasan armada.

“Kami baru dapat memenuhi droping air bersih di Demak,  Temanggung, Kabupeten Mageleng, dan Jepara,” ungkapnya.

Advertisement

Untuk itu sebelum dikirimkan droping air bersih, tim BPBD Jateng melakukan survei memastikan daerah tersebut benar membutuhkan bantuan air bersih.

“Bantuan air bersih kepada daerah yang mengalami kekeringan hanya diperuntukkan keperluan rumah tangga, mandi dan mencuci,” katanya.

Aliri Lahan

Advertisement

Sedang untuk mengairi lahan pertanian ditangani Dinas Pertanian dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng.

Gembong memperkirakan musim kemarau di Jateng akan berlangsung sampai November mendatang.

“Untuk itu kami sudah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota supaya melakukan langkah mengatasi kekeringan dengan membuat sumur resapan, pengadaan pipanisasi dan lainnya,” ungkapnya.

Advertisement

Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, Reni Kraningtyas, menyatakan puncak kemarau diperkirakan pada Agustus dan September, dengan suhu panas maksimal mencapai 33-34 derajat celcius.

“Beberapa daerah akan mulai masuk musim pancaroba diperkirakan pada pertengahan Oktober,” ujar dia

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif