News
Rabu, 10 September 2014 - 02:34 WIB

SRITEX Tunda Terbitkan Obligasi, Malah Utang ke Bank

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi unit produksi PT Sritex, Sukoharjo (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau lebih dikenal dengan Sritex menunda penerbitan obligasi US$200 juta (Rp2 triliun). Perseroan memilih untuk pinjam uang dari bank.

“Perseroan menunda rencana tindakan korporasi dan penambahan dana dari obligasi global. Selanjutnya perseroan akan melakukan pembiayaan melalui perbankan,” kata Sekretaris Perusahaan Sritex, Welly Salam, dalam keterangan tertulis yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/9/2014).

Advertisement

Rencana penerbitan obligasi ini sudah disetujui pemegang saham perseroan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 24 Maret 2014. Penjahit pakaian merek ternama itu juga telah melakukan roadshow ke beberapa kota seperti Hong Kong, Singapura, London, New York, Boston, dan Los Angeles demi menggaet investor global.

Namun sayang tidak disebutkan alasan Sritex lebih pilih pinjaman bank ketimbang menerbitkan obligasi tersebut. Sekitar 60% dana hasil penerbitan obligasi itu akan digunakan untuk pembiayaan kembali utang (refinancing), sementara sisanya akan digunakan untuk memperkuat modal dan pengembangan usaha.

Sebelumnya Sritex Group menyediakan dana capital expenditure (capex) atau pengeluaran untuk memperoleh harta tetap senilai US$55 juta pada tahun ini. Dana tersebut untuk mengembangkan usaha di bidang garmen, dyeing (pencelupan), dan finishing.

Advertisement

Welly Salam mengatakan dengan dana capex tersebut untuk menambah jumlah kapasitas produksi pakaian jadi dari delapan juta potong menjadi 16 juta potong. Hal ini karena ekspor produk tekstil dan fashion tersebut terus meningkat.

Sempurnakan Integrasi
Menurut dia, pengembangan usaha masih dilakukan di Sukoharjo dengan membangun pabrik baru di kompleks pabrik Sritex saat ini. “Ekspansi usaha kami fokuskan di Sukoharjo karena untuk mempertahankan konsep integrasi,” ungkap Welly belum lama ini.

Diakuinya saat ini kontribusi terbesar adalah dari ekspor benang yang mencapai 48% dari pendapatan Sritex. Dia mengatakan kontribusi garmen masih sekitar 12%-15%. Oleh karena itu, pihaknya berupaya terus meningkatkan kapasitas garmen untuk meningkatkan kontribusi sektor tersebut menjadi 15%-20%.

Advertisement

Dia menambahkan pada semester I/2014, khusus divisi benang, penjualan meningkat 42% jika dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Peningkatan penjualan tersebut juga ditunjang karena PT Sri Rejeki Isman mengakuisisi PT Sinar Panca Jaya yang memberikan kontribusi produksi hingga 30%. Saat ini penjualan di divisi garmen juga meningkat 11% dari penjualan produk militer dan fashion. Realisasi tersebut membuat capaian penjualan pada semester I sekitar Rp3,7 triliun atau naik 31%. (JIBI/Solopos/Antara/Detik)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif