Jogja
Selasa, 9 September 2014 - 01:20 WIB

Seperti Ini Sulitnya Mencari Air di Girisubo

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi droping air bersih (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Kekeringan yang melanda Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul membuat pemerintah kecamatan menganggarkan banyak dana hanya untuk membeli air bersih memasok warga. Dari dana Rp100 juta yang dianggarkan, Rp55 juta telah terpakai.

Kebutuhan dana tak hanya untuk membeli air, tapi juga biaya operasional dan membayar pegawai penyuplai. Air bersih dibeli dari Sadeng hingga Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.

Advertisement

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Girisubo, Sunardi mengatakan delapan desa di Girisubo rawan kekeringan.

“Kualitas air di sini kurang baik, karena cenderung keruh dan sumbernya juga sedikit. Kami terpaksa mengambil dari luar daerah. Karena, ini satu-satunya langkah untuk pemenuhan air warga. Terlebih lagi, jarak desa itu juga terhitung lebih dekat ketimbang wilayah lain,” kata dia kepada Harian Jogja, Minggu (7/9/2014).

Lebih jauh dikatakan Nardi, kedelapan desa (Songbanyu, Pucung, Jerukwudel, Tileng, Karangawen, Jepitu, Nglindur dan Balong) di Girisubo telah mengajukan penyaluran air bersih.

Advertisement

Menurut dia, paling banyak anggaran ini digunakan untuk biaya operasional, seperti membeli air, bahan bakar mobil tangki, serta untuk membayar gaji sopir dan kernet pengangkut air.

“Berhubung di sini kekurangan orang, maka kami terpaksa mendatangkan sopir dan kernet dari luar daerah,” aku dia.

Dia menambahkan, penyaluran air bersih dilakukan secara bergantian. Hal ini didasarkan pada pengajuan surat permintaan dropping air bersih. “Tiap hari, kami melakukan penyaluran sebanyak empat kali. Tak jarang, pengiriman dilakukan hingga malam,” ungkap Sunardi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif