Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Petugas pencatat meteran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani mengeluhkan transparansi dalam merekrut pegawai honorer. Pasalnya, lowongan tersebut tak pernah dipublikasikan, tetapi tiba-tiba ada karyawan baru.
Sekretaris DPC Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Gunungkidul Agung Budi Santoso mengaku, sejumlah pekerja lepas PDAM mengeluh dengan sistem rekrutmen pegawai honorer. Mereka beranggapan, rekrutmen dilakukan tidak transparan. Tanpa ada
pengumuman pembukaan lowongan, perusahaan langsung menerima pegawai honorer.
“Kami terima surat itu sejak 11 Agustus lalu. Saat ini, kami masih mempelajari berkas aduan itu,” kata Santoso saat dihubungi Harianjogja.com, Senin (8/9/2014).
Santoso menjelaskan inti aduan mengeluhkan terkait sistem rekrutmen honorer di PDAM. Padahal, sebagai bagian dari perusahaan tersebut selama bertahun-tahun, harusnya informasi dapat terbuka sehingga memberikan peluang kepada pegawai lepas untuk mengikuti tes tersebut.
“Mereka mengeluh, tanpa ada pengumumnan rekrutmen tahu-tahu ada 15 pegawai honorer yang masuk sejak akhir tahun lalu,” ungkap dia.
Dalam surat perjanjian kerja, sambung Santoso, pasal sepuluh mengatur dengan jelas. Karyawan lepas tidak akan menutut menjadi pegawai tetap. Namun, saat ada lowongan mereka bisa mengikuti seleksi tersebut.
“Yang jadi masalah, mereka merasa tidak pernah ada lowongan, tapi tahu-tahu ada pegawai baru,” tutur dia.
Dia menambahkan, meski telah mendapati aduan, namun SPSI urung melakukan pertemuan dengan manajemen perusahaan plat merah tersebut. Santoso beralasan, pihaknya masih mendalami materi aduan yang dikirimkan.
“Kami ingin semua berjalan seimbang dan tidak berat sebelah. Jadi, sebelum ke PDAM, kami harus mempelajari berkas aduan lebih lanjut,” ungkap dia.