Harianjogja.com, KULONPROGO—Di Kulonprogo, perempuan yang menggugat cerai lebih banyak ketimbang laki-laki yang menjatuhkan talak. Kondisi ekonomi istri yang lebih mapan dibandingkan dengan suami disinyalir menjadi penyebab.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kulonprogo Edhi Gunawan mengatakan angka perceraian yang didominasi perempuan yang mengajukan gugatan tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial ekonomi perempuan sekarang.
Sebagian besar perceraian terjadi karena persoalan ekonomi, yakni suami yang tidak memiliki pekerjaan sementara sang istri memiliki penghasilan.
“Ada kemungkinan mereka [perempuan] yang lebih mandiri dalam situasi semacam itu memilih untuk bercerai dan melayangkan gugatan ke pengadilan agama,” ujarnya, Minggu (7/9/2014).
Menurut dia, persoalan ekonomi dapat merembet ke persoalan lain, seperti tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan menjadi minder saat berhadapan dengan istri yang memiliki penghasilan. Sebagai pelampiasan, mereka akhirnya berlaku keras terhadap sang istri yang berujung pada KDRT.
Wakil Panitera Kantor PA Wates Eddy Purwanto mengatakan kebanyakan perceraian terjadi karena alasan persoalan ekonomi, perselingkuhan, tidak ada tanggung jawab sampai tidak adanya keharmonisan.
“Jika dirangkum permasalahan tersebut masuk ke dua kategori besar, yakni masalah ekonomi dan orang ketiga,” ujarnya.
Berikut data kasus perceraian di Kulonprogo
Tahun Gugat Talak Total
2012 453 199 652
2013 385 217 602
2014* 266 113 379 (Sampai Juli 2014)