News
Jumat, 5 September 2014 - 09:10 WIB

SOLOPOS HARI INI : Menteri ESDM Memeras untuk Pencitraan hingga Kisah Tukang Tambal Ban Naik Haji

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Depan Harian Umum Solopos edisi Jumat, 5 September 2014

Solopos.com, SOLO – Inilah berita utama Harian Umum Solopos hari ini, Jumat (5/9/2014). KPK mengungkap motif Jero Wacik melakukan pemerasan adalah untuk kepentingan pribadi dan pencitraan. Jero diduga melakukan pemerasan hingga Rp9,9 miliar dengan memanfaatkan jabatannya sebagai Menteri ESDM.

Berita lain, kisah Suparto, tukang tambal ban asal Kampung Bayan Krajan RT 004/RW 020, Kadipiro, Banjarsari, Solo berhasil naik haji, jadi kisah inspiratif dalam terbitan hari ini.

Advertisement

Simak rangkuman berita Harian Umum Solopos edisi Jumat, 5 September 2014 berikut;

KORUPSI KEMENTERIAN ESDM:  Jero Memeras untuk Pencitraan

Advertisement

KORUPSI KEMENTERIAN ESDM:  Jero Memeras untuk Pencitraan

Ilustrasi Kekayaan Jero Wacik (JIBI/Solopos)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan uang Rp9,9 miliar hasil pemerasan yang diduga dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Jero Wacik, digunakan untuk kepentingan pribadi dan pencitraan.

Advertisement

”Dana [hasil pemerasan] itu diduga digunakan untuk kepentingan pribadi, pihak ketiga, dan pencitraan JW [Jero Wacik],” kata Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, melalui pesan singkat yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis (4/9).

(Baca Juga: KPK: Jero Wacik Memeras Demi Pencitraan Pribadi, Jero Wacik Dicegah ke Luar Negeri, KPK Telusuri Aset Jero Wacik, Ini Caranya, KPK: Tidak Etis Jero Wacik Dilantik dengan Status Tersangka)

WAYANG KULIT: Jumlah Dalang Melesat, Persaingan Menggeliat

Advertisement

Dunia perdalangan tak hanya dikuasai dalang senior atau terkenal. Ada pula dalang pemula dan menengah yang mencoba eksis. Berikut laporan wartawan Solopos, Mahardini Nur Afifah, tentang rentang tarif yang dipatok dalang pemula hingga senior.

Semangat Ki Purwacarita, 29, tampak belum padam saat Espos mengajaknya berbincang, Rabu (3/9) siang. Lembur makalah semalaman, tak membuat dalang yang berdomisili di Srebeggede RT 008/RW 004, Trucuk, Trucuk, Klaten ini kehabisan tenaga. Tak hanya mendalang, lelaki bernama asli Arif Hartarta ini juga rajin mengkaji mantra, mitologi, seni tradisional, dan kebudayaan Jawa. Sepanjang September, tujuh hari di kalender pribadinya telah erisi jadwal pementasan wayang kulit di berbagai daerah.

(Baca Juga: Jumlah Dalang Melonjak, Persaingan Bergejolak, Ini Dia Tarif Dalang Kondang…)

Advertisement

KISAH INSPIRATIF: Dari Menambal Ban, Suparto Bisa Naik Haji

Tujuh unit sepeda angin berjajar di teras rumah tembok sederhana di Kampung Bayan Krajan RT 004/RW 020, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Sejumlah peralatan bengkel sepeda terlihat berserakan. Di tempat itulah, Suparto, 65, bekerja setiap hari sebagai tukang tambal ban. Bengkelnya terletak 300 meter arah selatan RSUD Ngipang. Lelaki lanjut usia itu beraktivitas seperti biasa, Kamis (4/9) siang.

(Baca Juga: Tukang Tambal Ban Solo Naik Haji, Nabung sambil Baca 2.000 Kali Istigfar dan Tahajud, Inilah Cara Suparto Tukang Tambal Ban Solo Bisa Naik Haji, Tukang Tambal Ban Solo Naik Haji)

MIMBAR JUMAT: Hakikat Cerdas

Dalam menjalani kehidupan, tentu saja kita pernah pergi ke luar kota, bahkan ada juga yang ke luar negeri. Kita meninggalkan rumah, keluarga, pekerjaan, dan berbagai rutinitas sehari-hari yang biasa kita geluti.

Bila kepergian hanya dalam hitungan hari, semuanya berjalan biasa-biasa saja. Namun, tidak demikian bila pergi dengan tu juan yang jauh, atau memakan waktu yang lama. Misalnya pergi haji, merantau ke luar pulau, mengadu nasib ke luar negeri, dan lain lain.

Persiapan, bekal, bahkan pamitan yang dilakukan pun serba berbeda, sesuai dengan jarak dan lamanya kepergian seseorang. Sekalipun telah direncanakan dalam waktu tertentu akan kembali, namun saat perpisahan sering kali dibarengi dengan tangisan.

Baik yang pergi maupun yang akan ditinggal jauh-jauh hari telah saling menyampaikan pesan, saling bermaafan, dan saling menahan diri agar keberangkatan si musafir tanpa meninggalkan ganjalan.

Selengkapnya simak Harian Umum Solopos edisi Jumat, 5 September 2014.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif