Jogja
Jumat, 5 September 2014 - 11:20 WIB

BANDARA KULONPROGO : Pakualaman Belum Lepas Tanah untuk Lokasi Bandara, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Dusun Kragon II, Desa Palihan, Kecamatan Temon melakukan aksi blokade jalan, Kamis (16/1/2014). Blokade jalan sekaligus sebagai reaksi warga setelah adanya pemasangan patok penentuan titik koordinat bandara. (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Harianjogja.com, JOGJA- Terkait Pakualam Grond (PAG) yang digunakan sebagai lokasi Bandara Internasional, Puro Pakualaman belum memutuskan untuk melepaskannya. Masih terjadi tarik ulur di internal kadipaten itu.

“Masih rembungan dengan kerabat- kerabat, ada yang bilang sewa ada yang bilang beli, atau tukar guling. Belum putus,” ujar Penghageng Kawedanan Keprajan Puro Pakulaman KPH Suryo Adinegoro di Komplek Kepatihan, Kamis (4/9/2014).

Advertisement

Ia mengatakan, total lahan PAG yang terkena rencana pembangunan bandara itu luasannya mencapai 169 hektare. PT Angkasa Pura I menurutnya berniat untuk membelinya, tapi kerabat memiliki banyak pertimbangan baik dari aspek kesejarahan ataupun keuntungan ekonomi.

Dalam aspek sejarah, lanjutnya, tanah itu sebagai bentuk warisan dari leluhur. “Kalau dijual, berarti kita tidak pernah punya lagi bukti warisan itu di sana,” ulas pria bernama asli Bayudono ini.

Menurutnya, pelepasan tanah dengan dijual memungkinkan, karena PAG di pesisir pantai bukanlah merupakan tanah keprabon. Ia mencontohkan tanah keprabon itu seperti Sultan Grond di Alun- Alun Utara atau Alun- Alun Selatan.

Advertisement

Adapun adanya opsi tukar guling itu, katanya, adalah alternatif dari model pelepasan tanah selain dijual. Misalnya tukar guling dengan tanah yang sama dan menguntung untuk dibangun hotel. Namun masalahnya tanah seluas dengan nilai ekonomi yang menguntungkan tak mudah didapatkan lagi.

Ia mengatakan, aspek ekonomi yang dipertimbangkan lainnya lagi ialah dengan menjadikan tanah itu sebagai penyertaan modal dalam pengelolaan bandara, tapi opsi tersebut juga belum clear dari seluruh kerabat Puro Pakualaman.

“Sekarang ini boleh dikatakan masih nyang-nyangan [tawar-menawar],” kata mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum DIY itu.

Advertisement

Suryo mengaku pembicaraan dengan PT AP sudah terjadi beberapa kali, tapi ia mengaku tak mengetahui kapan pelepasan PAG untuk lokasi bandara itu harus diputuskan. PT AP juga belum memberikan tawaran berapa nilai rupiah PAG akan dibeli.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif