News
Selasa, 2 September 2014 - 09:40 WIB

SOLOPOS HARI INI : Soloraya Hari Ini: 16 Siswa SD Delanggu Keracunan, Produsen Mi Berformalin Dibekuk Polisi hingga Pungli Proyek Perumahan Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Selasa, 2 September 2014

Solopos.com, SOLO – Inilah berita utama Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Selasa (2/9/2014). Seorang produsen mi basah, Giyatno, 50, warga Kalikebo RT 004/RW 008, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, harus berurusan dengan Polres Karanganyar pada Jumat (29/8) siang.

Kabar lain datang dari Delanggu, Klaten. Sebanyak 16 siswa SDN 6 Delanggu, Klaten, mengalami keracunan setelah menyantap jajanan yang dibeli dari pedagang di sekolah saat jam istirahat, Senin (1/9/2014).

Advertisement

Simak rangkuman berita Soloraya Harian Umum Solopos edisi Selasa, 2 September 2014 berikut;

KESEHATAN MASYARAKAT: 16 Siswa SD Keracunan Jajanan

Sebanyak 16 siswa SDN 6 Delanggu, Klaten, mengalami keracunan setelah menyantap jajanan yang dibeli dari pedagang di sekolah saat jam istirahat, Senin (1/9).

Advertisement

Para siswa tersebut mengalami sakit perut dan pusing, sehingga harus dibawa ke puskesmas setempat. Berdasarkan informasi yang diperoleh Espos, saat jam istirahat para siswa tersebut membeli makanan di pedagang yang berjualan di depan sekolah. Ada berbagai jenis makanan yang dijual, salah satunya es krim yang dilumuri cokelat.

Sekitar pukul 10.30 WIB, belasan siswa mulai merasa mual dan pusing dalam waktu bersamaan. Pihak sekolah yang mengetahui hal tersebut segera membawa belasan siswa itu ke Puskesmas Delanggu. Beruntung, tidak ada siswa yang perlu menjalani rawat inap. Semuanya sudah diizinkan pulang oleh dokter karena kondisinya sudah membaik.

(Baca Juga: 16 Siswa SD Delanggu Keracunan Jajanan Sekolah)

TINDAK KEJAHATAN: Produsen Mi Berformalin Dibekuk Polisi

Advertisement

Seorang produsen mi basah, Giyatno, 50, warga Kalikebo RT 004/RW 008, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, harus berurusan dengan Polres Karanganyar pada Jumat (29/8) siang. Dia dibekuk polisi lantaran memproduksi sekaligus menjual mi basah berformalin di rumahnya.

Di hadapan penyidik, Giyatno mengaku mampu memproduksi mi basah berformalin yang membahayakan kesehatan itu minimal dua kuintal per hari. Dia mengatakan sudah lima tahun memproduksi mi berformalin itu, yang kemudian dijual ke pasar tradisional di Karanganyar dan sekitarnya. Dalam sehari, Giyatno mampu meraup keuntungan sekitar Rp150.000.

(Baca Juga: Demi Keuntungan Berlipat, Pengusaha Karanganyar Ini Nekat Bikin Mi Berformalin, Karanganyar Terima 2 Kuintal Mi Berformalin/Hari)

INDUSTRI PROPERTI: 90% Developer Tak Serahkan Fasum dan Fasos

Advertisement

Sebanyak 90% pengembang (developer) yang membangun perumahan di wilayah Sukoharjo tak menyerahkan sarana dan prasarana serta fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) ke Pemkab Sukoharjo.

Padahal, Undang-Undang No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) mengamanatkan setiap pengembang perumahan wajib menyerahkan fasos dan fasum tersebut kepada pemerintah daerah setempat.

Kabid Perumahan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sukoharjo, Sarwidi, menjelaskan penyerahan sarana dan prasarana serta fasum dan fasos itu harus dilakukan begitu pembangunan perumahan selesai.

Proses serah terima melalui berita acara dan setelah ada verifi kasi. “Yang terjadi selama ini, sangat minim pengembang yang melakukan serah terima kepada Pemkab. Padahal, perumahan sudah lama berdiri. Kalau dihitung-hitung yang mau menyerahkan tak sampai 10%,” papar dia, saat ditemui Espos di ruang kerjanya akhir pekan lalu.

Advertisement

Sarwidi mengatakan sebuah perumahan disebut layak ketika memenuhi syarat minimal 30% lahan untuk fasum dan fasos. Lahan tersebut tak bisa digunakan untuk kepentingan pribadi, apalagi sampai disertifi katkan. Karena itulah, lanjut Sarwidi, UU No. 1/2011 dibuat, yakni untuk menjaga lahan-lahan publik agar tak diserobot pengembang atau warga.

“Jadi, kalau ada lahan publik tibatiba bersertifi kat atas nama pribadi, itu pasti ada yang nakal,” papar dia. Sebelum diserahterimakan, kata Sarwidi, Pemkab akan melakukan verifi kasi terlebih dahulu terhadap fasum dan fasos di perumahan. Verifikasi itu antara lain tentang seberapa luas lahan yang diserahkan ke Pemkab, berapa luas dan jenis jalan, kondisi selokan, serta kualitasnya. Semua itu akan didata oleh Pemkab untuk selanjutnya disertifikatkan atas nama Pemkab.

“Sekarang kan banyak fasum dan fasos dengan status menggantung alias enggak jelas karena enggak diserahkan ke Pemkab. Itu [penyerahan fasum dan fasos] mestinya inisiatif pengembang,” terang dia.

(Baca Juga: Pengembang Bayar Pungli, Pembeli Rumah Rugi, Pungli Subur di Proyek Perumahan, Bupati Sukoharjo Bantah Terlibat, Pungli Kepala Desa hingga Kepala Daerah Hantui Pengembang Perumahan di Sukoharjo, Solopos Ungkap Suburnya Pungli di Sukoharjo)

FESTIVAL KERATON NUSANTARA: Gelar Wilujengan demi Keselamatan Kontingen

Sebanyak 10 abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berkumpul di Bangsal Smarakata Keraton Surakarta, Pasar Kliwon, Solo, Senin (1/9) sore. Di bangsal tersebut, terlihat ada dua tampah berisi sesajen. Satu tampah berisi nasi gurih, sedangkan tampah lainnya berisi ayam, timun, dan kedelai. Ada juga pisang raja yang diletakkan terpisah.

Advertisement

Para abdi dalem tersebut sedang menggelar wilujengan atau selamatan sebelum berangkat mengikuti acara Festival Keraton Nusantara (FKN) IX di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu-Rabu (7-10/9) mendatang.

Empat orang keluarga keraton yaitu G.K.R Galuh Kencono, G.K.R. Sekar Kencono, G.K.R. Retno Dumilah, dan G.K.R. Wandansari, mewakili keluarga Keraton untuk mempimpin wilujengan. Sedangkan pembacaan doa dipimpin K.R.T Joko Pujo Setyono.

Dalam doa yang dipanjatkan, mereka meminta keselamatan kontingen yang akan berangkat ke Bima. Wakil pengangeng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, K.P. Winarno, mengatakan berbagai sesajen di acara tersebut mengandung makna masingmasing.

Pisang raja menggambarkan hidup yang sempurna dan kemuliaan. Sedangkan nasi gurih, ayam, timun, dan kedelai berarti simbol penyerahan diri kepada Allah dan menyadari manusia itu lemah.

(Baca Juga: Delegasi Keraton Solo ke FKN 2014 Wilujengan)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif