Jogja
Senin, 1 September 2014 - 04:20 WIB

Tokoh Agama di Jogja Deklarasikan Tolak ISIS

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bendera ISIS (JIBI/Harian Jogja/Wikipedia)

Harianjogja.com, JOGJA-Sejumlah tokoh agama Islam di Jogja mendeklarasikan diri menolak radikalisme agama dan faham Negara Islam Iraq Syiria atau ISIS yang mulai masuk ke Indonesia. Deklarasi digelar di Titik Nol Kilometer, Minggu (31/8/2014) dan dihadiri perwakilan dari Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY dan polisi.

Dalam deklarasinya, para tokoh agama ini menyatakan untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama dan menegakkan NKRI serta menolak segala bentuk kegiatan dan faham yang bertentangan dengan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Advertisement

“Umat Islam jangan mudah terprovokasi dengan faham yang berpotensi merusak NKRI.” Kata Sekretaris MUI DIY KRT Ahmad Muhsin Kamaludiningrat.

Kamaludin mengatakan sejauh ini memang tidak ada pergerakan faham ISIS di Jogja. Hanya, kata dia, beberapa remaja ikut-ikutan membawa simbol ISIS padahal remaja tersebut tidak mengetahui pasti yang dimaksud dengan faham ISIS.

“Jadi hanya sensasi saja padahal tidak tahu maksudnya” ujar Kamaludin.

Advertisement

Menurut Kamaludin, keberadaan ISIS tidak terlepas dari konflik yang terjadi di Timur Tengah kemudian mencoba dibawa ke Indonesia oleh sekelompok orang. Bangsa Indonesia, kata dia, tidak perlu khawatir karena sudah memiliki dasar negara yaitu NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 45. “Yang menyusun dasar Negara tokoh agama Islam juga andil besar” ucap Kamaludin.

Staf Kementrian Agama Kota Jogja Mahmud mengatakan, untuk menangkal faham radikalisme agama, pihaknya terus berupaya melakukan sosialisasi melalui diskusi-diskusi yang melibatkan para tokoh agama, dewan Masjid, takmir Masjid dan para penyuluh agama di tingkat kecamatan. Upaya sosialisasi untuk memberikan pemahaman bersama dalam melakukan dakwah yang rahmatan lilalamin di Indonesia serta tidak terjebak pada faham yang radikal dan berpotensi memecah belah umat khususnya di Jogja.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif