News
Sabtu, 30 Agustus 2014 - 11:45 WIB

RUSIA BOIKOT PRODUK AS : 12 Cabang McDonald's di Rusia Ditutup, 100 Lainnya Diinspeksi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo Mc Donald's (gannet-cdn.com)

Solopos.com, MOSKOW – Pemerintah Rusia menutup sementara 12 cabang McDonald’s karena alasan kesehatan. Moskow juga tengah menginspeksi lebih dari 100 cabang perusahaan cepat saji asal Amerika Serikat (AS) itu di seluruh Rusia.

Penutupan terhadap restoran waralaba yang sangat populer tersebut dilakukan sepanjang Agustus dengan alasan pelanggaran atas standar kebersihan. Beberapa pihak menilai tindakan Rusia itu merupakan aksi balas dendam terhadap sanksi negara Barat terkait krisis di Ukraina.

Advertisement

Dalam siaran persnya, Jumat (29/8/2014), McDonald’s mengatakan pemerintah telah menutup 12 restoran, tujuh di antaranya berada di bagian selatan Rusia dan tengah melakukan inspeksi atas lebih dari 100 cabang lain. McDonald’s menyatakan tengah menyelidiki tuduhan pelanggaran dari pemerintah Rusia sebagai bagian dari upaya pembukaan kembali restoran secapatnya.

Pada Rabu (27/8/2014) lalu, pengadilan memutuskan penutupan tiga cabang–salah satunya berada di Moskow–untuk periode maksimal tiga bulan mendatang karena alasan kesehatan. McDonald’s berencana untuk mengajukan banding atas putusan itu.

Dalam perkembangan terakhir, juru bicara badan pengawas obat dan makanan Rusia di wilayah Yaroslav mengatakan bakteri e- coli–yang berpotensi menyebabkan keracunan–telah ditemukan dalam selada yang dihidangkan salah satu cabang McDonald’s.

Advertisement

McDonald’s sendiri saat ini memiliki 400 cabang di Rusia dengan lebih dari 37.000 pekerja. Cabang pertama dibuka di pusat perkotaan Moskow pada era Uni Soviet dan berhasil menarik antrean panjang dari pengunjung yang ingin merasakan masakan cepat saji asal Amerika Serikat.

Pada masa lalu, Rusia mempunyai sejarah panjang penggunaan alasan kesehatan makanan sebagai senjata melawan negara-negara yang tak-bersahabat.

Meskipun McDonald’s adalah simbol kebudayaan Amerika Serikat, perusahaan tersebut mengaku telah berupaya membangun rantai suplai lokal dengan membeli 85 persen bahan makanan dari dalam negeri.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif