Solopos.com, SUKOHARJO—Dukuh Brunggang, Desa Krajan, Weru Sukoharjo oleh sejumlah pejabat sebagai dukuh maut yang pantang didatangi pejabat. Sebutan itu berawal dari mitos yang sebelumnya ada sabda Raja Solo.
(Baca juga: Inilah Sabda Raja Solo untuk Brunggang, Pejabat Kirim Utusan ke Brunggang, Mitos Brunggang Dukuh Maut bagi Pejabat)
Cerita Brunggang sebagai dukuh maut bahi pejabat hingga kini masih diyakini warga.
Bayan desa setempat, Soekarno, saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Kamis (31/7/2014), menyebutkan hal itu yang menyebabkan sejumlah pejabat pantang masuk Brunggang.
Dia menambahkan jika ada rombongan pejabat Pemkab yang ingin ke Brunggang, mereka selalu disarankan agar menggelar acara di Balaidesa Krajan, tanpa masuk ke Brunggang.
“Itu atas pertimbangan perangkat desa dan sesepuh,” papar dia.
Kini, zaman telah berubah, cukup banyak generasi muda yang tak lagi mengenal mitos itu. Sejumlah pejabat di Kecamatan Weru juga ada yang tak meyakini mitos itu. Mereka sungkan blusukan ke Brunggang untuk sebuah tugas.
“Sebagai orang beragama, saya enggak percaya mitos itu,” ujar Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo, Bambang Sri Setiyono, saat diwawancarai Solopos.com, Jumat (1/8).
Pengamat sosial budaya dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tunjung W. Sutirto, mengatakan mitos itu bukan lahir dengan sendirinya, melainkan sengaja diciptakan untuk sesuatu yang tersembunyi.
Apalagi asal muasal mitos terkait dengan petugas penarik pajak Keraton Kasunanan Surakarta yang tewas di Brunggang.