Jogja
Rabu, 27 Agustus 2014 - 13:20 WIB

PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI : BBM Langka, Nelayan Bantul Tidak Melaut

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para nelayan Pantai Baron, Kemadang, Tanjungsari Gunungkidul. (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, BANTUL—Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium tidak hanya terjadi pada transportasi darat. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan di kawasan pesisir selatan di Bantul termasuk paling terpukul menyusul langkanya premium.

Akibatnya mereka harus membeli premium seharga Rp10.000 per liter. Pemilik kapal nelayan Pantai Depok Dardi Nugroho mengatakan, mayoritas nelayan Bantul menggunakan perahu jenis jukung dengan bahan bakar premium yang dicampur dengan oli (bensin campur). Akibat kelangkaan BBM ini nelayan pun kesulitan.

Advertisement

“Sudah premium susah didapat, ketika ada harganya juga mahal,” ujarnya, Selasa (26/8/2014).

Dardi membandingkan, sebelum terjadi kelangkaan BBM, premium diperoleh nelayan untuk melaut dari pengecer sudah seharga Rp7.500 per liter. Premium ini kemudian ditambah dengan oli sebagai campuran seharga Rp1.500 untuk setiap liter.

“Saat ini harga premium sampai sini sudah Rp8.000 sampai Rp9.000 per liter, bahkan kadang lebih,” imbuh pemilik rumah makan seafood Salsabila di Pantai Depok ini.

Advertisement

Menurut dia, kebutuhan setiap nelayan melaut minimal 10 liter atau diperkirakan Rp100.000 ditambah dengan bekal Rp50.000. Kondisi ini kian dipersulit lagi karena tengah musim paceklik ikan.

Dardi mengaku, sulitnya mendapat BBM membuat nelayan tidak semuanya melaut. Kondisi di lapangan saat ini, banyak nelayan yang memilih mengistirahatkan perahunya lantaran khawatir modal operasional tidak bisa kembali dengan jumlah tangkapan yang kecil dan harga BBM yang naik.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif