Soloraya
Selasa, 26 Agustus 2014 - 23:10 WIB

Pawang Hujan Keraton Solo Meninggal Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana rumah pawang hujan Kasunanan Surakarta, Selasa (26/8/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Kabar duka datang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Salah satu abdi dalem keraton, sekaligus pawang hujan, Haknyo Ramiyono, meninggal dunia di kediamannya yang ada di RT 2 RW X Carikan, Gajahan, Pasar Kliwon, Selasa (26/8/2014) pagi.

Jenazah salah satu putra terbaik Keraton Solo tersebut dikebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) Daksinoloyo, Danyung, Kwarasan, Grogol, Sukoharjo, Selasa sore. Almarhum yang dikenal  karena memiliki keahlian khusus memindahkan hujan itu meninggal di usia 72 tahun karena sakit mag.

Advertisement

Almarhum yang memiliki rambut panjang itu meninggalkan dua orang anak, satu menantu dan dua orang cucu. Sebelumnya, almarhum telah mengabdi di keraton sejak berusia 20 tahun. Sehingga, dia sudah mengabdi di keraton selama 52 tahun.

Sebelum menjadi pawang hujan, dia adalah penjaga museum keraton dan meyediakan sesaji. Kemudian, dia akhirnya belajar ilmu pawang hujan dari sang ayahnya.

Sementara, suasana duka tampak menyelimuti keluarga almarhum saat Espos menyambangi kediamannya, Selasa sore. Menantu almarhum, Edi Sih Suryatin, 50, mengaku sebelumnya almarhum sehat walafiat.

Advertisement

Namun, pada Senin (25/6), almarhum mengeluh sakit perut. Pada pukul 19.00 WIB, Senin, almarhum diperiksakan ke salah satu klinik di kawasan Grogol, Sukoharjo oleh keluarganya.

Kondisi almarhum sempat membaik selama beberapa saat. Namun, pada malam harinya, sekitar pukul 22.00 WIB, almarhum kembali diperiksakan keluarga ke salah satu klinik karena mengeluh sakit lagi. Pada keesokan harinya, sekitar pukul 07.30 WIB, Selasa, almarhum sudah menghembuskan nafas terakhir.

Sebelum almarhum meninggal keluarga sudah merasakan firasat aneh. “Istri saya (Agustina Amitasasi) sempat memiliki firasat aneh. Istri saya sempat bingung mau pergi untuk bekerja di Nganjuk atau tidak. Akhirnya, istri saya memutuskan untuk pamit dan almarhum juga mengizinkan,” paparnya di lokasi, Selasa.

Advertisement

Selain itu, sambung Edi, ada salah satu anggota keluarga yang mendengar almarhum berbicara aneh saat masuk rumah. “Almarhum sempat mengatakan ‘bapak’. Seakan, almarhum melihat bapaknya menjelang meninggal dunia,” katanya.

Sementara, kepergian sang pawang hujan, membuat asistennya, Agus, merasa terpukul. “Saya merasa kaget dan tidak percaya jika Pak Ram telah meninggal dunia,” katanya dengan mata berkaca-kaca kepada Solopos.com di lokasi, Selasa.

Sebelumnya, Agus juga merasakan firasat buruk. Dia mengaku tidak enak badan selama seharian. Bahkan, dia sampai tidak masuk kerja karena firasat tersebut. Dia hanya bisa berdoa semoga arwah almarhum diterima di sisi-Nya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif