Lifestyle
Sabtu, 23 Agustus 2014 - 02:43 WIB

KISAH INSPIRATIF : Wagiyem Bertahan Hidup dengan Berjualan Bakwan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjual bakwan, Wagiyem, 60, menyusuri gang sempit di kawasan Kleco menuju rumah kosnya setelah berjualan di Pasar Kleco, Solo, Jawa Tengah. (Aeranie Nur Hafnie/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Wagiyem, 60, sudah puluhan tahun tinggal di rumah kos sederhana di Tunggulsari RT 001/RW 016, Pajang, Solo, Jawa Tengah. Hidup sendirian di Kota Bengawan membuat perempuan asal Salam, Gemolong ini harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia membuat dan menjual bakwan, tepung goreng berisi irisan wortel dan daun bawang.

Beralaskan sandal jepit yang warnanya sudah memudar, Wagiyem tetap mantap berjalan kaki menyusuri jalan di kawasan Kleco, Solo. Rambutnya yang sudah dipenuhi uban diikat ke belakang sekenanya dengan anak rambut bagian depan berantakan diterpa angin.

Advertisement

Kulit kakinya menghitam dan badannya yang bungkuk menggendong tenggok dengan ditopang selendang bergaris warna abu-abu dan putih. Satu tangannya membawa baskom yang dibungkus dengan kain lap bermotif kotak-kotak sementara satu tangan lainnya bebas bergerak mengikuti irama jalannya.

Wagiyem berjalan cepat namun tanpa kesan terburu-buru menapaki jalan turunan di sebelah selatan jembatan Kleco. Lalu dia berbelok menyusuri gang sempit yang hanya bisa dilalui pejalan kaki, pesepeda dan pengguna sepeda motor. Dia terus melangkah dengan pandangan lurus ke depan, sesekali dia menengok ke arah belakang ketika ada suara sepeda motor di belakangnya.

Wagiyem rupanya dalam perjalanan pulang menuju tempatnya tinggal selepas berjualan bakwan di Pasar Kleco. Rumah kos yang dihuni oleh sebagian pedagang di Pasar Kleco dan tukang becak. Rumah kos sederhana yang terletak di Tunggulsari RT 001/RW 016, Pajang, Solo, menjadi tempat berteduh Wagiyem selama puluhan tahun terakhir di Solo.

Advertisement

Hidup sendirian di Kota Bengawan membuat perempuan asal Salam, Gemolong, ini harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dia hanya menjual satu jenis gorengan, bakwan berisi irisan wortel dan daun bawang. Jumlah bakwan yang dijualnya pun juga terbatas. Wagiyem mengaku hanya membuat bakwan dari adonan dari satu kilogram tepung terigu.

“Kalau membuat gorengan dalam jumlah banyak badan saya sudah tidak kuat,” tutur Wagiyem yang bicara dengan bahasa Jawa kepada Koran O.  Perempuan beranak dua ini biasanya berangkat berjualan di Pasar Kleco sekitar pukul 8 pagi. Namun dia sudah mempersiapkan barang dagangannya mulai dari membuat adonan bakwan hingga menggorengnnya selepas salat Subuh.

“Saya menggoreng bakwan di rumah lalu saya jual ke pasar,” ujarnya. Penghasilan dari jualan bakwan yang tidak seberapa banyak ini hanya cukup untuk membeli beras dan lauk untuk dia makan. Wagiyem mengaku keuntungan yang diraupnya sekali berjualan maksimal hanya Rp5.000.

Advertisement

Meski hasilnya tak seberapa, Wagiyem mengaku bersyukur masih bisa memiliki penghasilan sendiri. Dia mengatakan bekerja dengan penghasilan sedikit lebih baik daripada menjadi pengemis. “Tidak apa-apa penghasilannya sedikit asal saya tidak mengemis,” kata dia.

Pemilik kos yang ditinggali Wagiyem, Surip, mengatakan Wagiyem suda 25 tahun kos ditempatnya. “Sekarang dia sudah pindah jadi penduduk di sini. Mbah Wagiyem sudah kami anggap sebagai keluarga kami sendiri,” ujar Surip.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif