News
Sabtu, 23 Agustus 2014 - 12:45 WIB

DAMPAK KONFLIK : PBB: 20.000 Pengungsi Nekat Seberangi Samudra Hindia demi Cari Suaka

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (phuketgazette.net/ilustrasi)

Solopos.com, NEW YORK – Lebih dari 20.000 orang menempuh risiko dan membahayakan keselamatan mereka dengan menyeberangi Samudra Hindia selama semester pertama tahun ini.

Sebagian besar di antara mereka adalah orang Rohingya, yang menyelamatkan diri dari Myanmar karena konflik.

Advertisement

Laporan yang dikeluarkan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) mengenai gerakan tak beraturan di lautan di Asia Tenggara juga menyatakan beberapa ratus orang dicegat di beberapa perahu yang menuju Australia.

Laporan itu, yang dikeluarkan oleh Unit Pemantau Gerakan Maritim di Kantor Regional UNHCR di Bangkok, memusatkan perhatian pada keberangkatan “manusia perahu” dari Teluk Benggala dan tempat lain, melalui perairan Asia Tenggara.

Laporan tersebut juga menyoroti pelecehan yang dihadapi orang-orang tersebut dalam perjalanan mereka, dan perkembangan yang berkaitan dengan kebijakan Operasi Kedaulatan Perbatasan di Australia.

Advertisement

Laporan itu memperlihatkan lebih dari 7.000 pencari suaka dan pengungsi yang telah melakukan perjalanan melalui laut saat ini ditahan di berbagai instalasi di wilayah tersebut, termasuk lebih dari 5.000 orang di Australia atau di pusat pemrosesan lepas pantainya di Nauru serta Papua Nugini.

“Akibat pola gelapnya, jumlah pasti orang yang diselundupkan masih sulit dipastikan,” kata Juru Bicara UNHCR Adrian Edwards, sebagaimana dikutip Xinhua, Sabtu (23/8/2014).

“Namun wawancara mendalam dengan penyintas telah memberi pandangan mengenai apa yang terjadi selama perjalanan panjang dan berbahaya dari Myanmar dan bangladesh ke Thailand, Malaysia, Indonesia, serta negara lain,” kata Edwards.

Advertisement

Laporan itu memperkirakan 53.000 orang secara rutin melakukan perjalanan melalui laut dari Teluk Benggala selama 12 bulan sampai Juni 2014. Angka itu naik 61 persen dari 12 bulan sebelumnya.

Dalam dua tahun setelah meletusnya kerusuhan antarmasyarakat pada Juni 2012 di Negara Bagian Rakhine di Myanmar,  kebanyakan orang Rohingya serta Bangladesh melakukan perjalanan berbahaya dalam upaya mereka mencari keselamatan dan kestabilan.

Musim pelayaran utama telah berlangsung antara Oktober dan kuartal pertama tahun ini, ketika kondisi laut lebih tenang. Biasanya, mereka dibawa dengan menggunakan perahu kecil sampai perahu nelayan dan barang yang lebih besar yang bisa membawa sampai 700 orang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif