Jogja
Kamis, 21 Agustus 2014 - 04:19 WIB

Sleman Waspadai Munculnya Organisasi Radikal

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Sleman, Sri Purnomo (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, SLEMAN- Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus mewaspadai munculnya organisasi radikal yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Munculnya organisasi radikal ISIS [Islamic State of Iraq and Syria] di Indonesia memberikan peringatan pada untuk meningkatkan kewaspadaan,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat membuka Forum Komunikasi antarpartai politik, tokoh masyarakat dan organisaasi masyarakat, Selasa (19/8/2014).

Advertisement

Menurut dia, gerak nadi pembangunan dan roda perekonomian masyarakat, sangat tergantung dari situasi kamtibmas yang melingkupinya. Jika situasi tidak kondusif, maka jelas akan berpengaruh negatif terhadap aktivitas pembangunan dan perekonomian masyarakat.

“Ini mengingat sebagian besar warga Sleman menggantungkan hidupnya pada sektor jasa, yang menuntut kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya usaha masyarakat,” katanya.

Advertisement

“Ini mengingat sebagian besar warga Sleman menggantungkan hidupnya pada sektor jasa, yang menuntut kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya usaha masyarakat,” katanya.

Ia mengatakan, karena itu menjadi kewajiban semua pihak, bahkan seluruh masyarakat untuk turut serta menjaga dan menciptakan situasi kamtibmas yang aman, nyaman dan kondusif.

“Pemerintah melalui BNPT [Badan Nasional Penanggulangan Teroris] dan kepolisian RI mengidikasi berkembangnya paham ISIS ini di Indonesia, walaupun saat ini keberadaan organisasi ini di Indonesia disinyalir masih berupa kelompok-kelompok simpatisan namun kelompok-kelompok tersebut sudah memberikan dukungan secara terang-terangan,” katanya.

Advertisement

“Paham radikalisme ISIS ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar NKRI. Pancasila, sebagai pandangan hidup dan falsafah bangsa harus terus kita angkat ke permukaan sebagai identitas NKRI seperti yang dicitakan Proklamator Ir Soekarno,” katanya.

Ia mengatakan, radikalisme agama adalah pemahaman terhadap doktrin agama secara tekstual, berlebihan, dan memaksakan ideologinya.

“Radikalisme agama erat kaitannya dengan fundamentalisme, yaitu paham yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fondasi), yaitu doktrin agama mereka,” katanya.

Advertisement

Namun, kata dia, harus disadari bahwa agama juga mengajarkan spirit yang senada dengan cita-cita bangsa seperti ajaran tentang kemerdekaan, keadilan, musyawarah, egalitarianisme, dan keberagaman.

“Nilai-nilai keagamaan itu sangat relevan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, berkeadilan, dan berkedudukan yang sama dengan bangsa lain. Sering kali radikalisme, berujung pada terorisme yang saat ini menjadi permasalahan di negeri ini,” katanya.

Sri Purnomo mengatakan, pemerintah daerah dan semua pihak harus terus waspada dalam menghadapi ancaman terorisme.

Advertisement

“Namun tidak boleh lupa agar, semuanya juga harus menekan angka kejahatan kriminalitas dan juga konflik sosial maupun SARA. Upaya peningkatan hal ini tidak dapat dilakukan pemerintah daerah dan aparat keamanan saja, tetapi memerlukan dukungan sepenuhnya dari seluruh elemen masyarakat,” katanya.

Ia mengatakan, dalam meningkatkan kewaspadaan kamtibmas sebenarnya telah memiliki sistem yang telah melembaga dalam kehidupan masyarakat.

“Keberadaan para pemuka agama yang menjadi panutan umatnya diharapkan meningkatkan komunikasi dan memotivasi dengan umatnya untuk senantiasa waspada terhadap orang-orang baru di lingkungannya, jika terdapat hal-hal yag mencurigakan untuk melaporkan kepada aparat keamanan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif