News
Kamis, 21 Agustus 2014 - 07:40 WIB

KURIKULUM 2013 : Belum Dapat Buku, Ribuan Siswa Bantul Belum Gunakan Kurikulum Baru

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegiatan belajar di salah satu SD di Solo. (Dok./JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, BANTUL- Ribuan siswa di Bantul belum menggunakan kurikulum baru 2013. Bahkan di sekolah Madrasah Ibtidayah (MI) hingga kini belum ada kepastian kapan buku baru itu bakal didistribusikan.

Kepala Bidang Madrasah Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bantul Jauzan Sanusi mengatakan, seluruh siswa MI di Bantul kini belum memegang buku ajaran baru 2013. Di Bantul, tercatat sekitar 2.000 lebih siswa MI setingkat SD.

Advertisement

“Sampai sekarang belum menggunakan kurikulum baru,” ungkap Jauzan Rabu (20/8/2014).

Agar proses belajar mengajar tetap berlangsung, guru terpaksa masih menggunakan buku kurikulum lama. Sebagian sekolah MI memilih menggandakan buku ajaran baru untuk diajarkan ke murid.

“Yang memfotocopi guru, jadi dipegang guru. Kalau muridnya enggak memegang, tapi itu hanya sebagian sekolah. Lainnya enggak memfotocopi,” katanya.

Advertisement

Penyebab belum digunakannya buku kurikulum baru itu karena masalah anggaran. Anggaran pengadaan buku baru itu menurut Jauzan ada di Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag DIY. Namun sampai sekarang, anggaran pengadaan buku itu belum turun dari Kanwil.

Kemenag Bantul belum dapat memastikan, kapan buku baru itu dapat dinikmati ribuan murid MI. Sejatinya kata dia, Kemenag daerah telah mendesak Kanwil Kemenag DIY agar segera merealisasikan pengadaan buku baru tersebut.

Sementara untuk SD di Bantul, sebagian sekolah telah menggunakan buku kurikulum baru. Kepala Dinas Pendidikan Dasar Bantul Totok Sudarto mengklaim distribusi buku baru itu telah mencapai 75%. “Sudah 75% tersalurkan, yang belum terima karena masih proses pengiriman,” paparnya.

Advertisement

Terpisah, guru SD Panggang, Bambanglipuro Bantul Zahrowi mengatakan, mayoritas SD di kecamatannya belum menerima buku kurikulum baru. Di Bambanglipuro juga terdapat lebih dari 2.000 murid SD. Ia menyoroti proses distribusi buku yang dianggap lamban.

“Kalau sekolah tidak jemput bola meminta ke distributor, buku enggak dikirim,” ujar Zahrowi.

Sedianya kata dia, Dinas Pendidikan Bantul telah membuat nota kesepahaman dengan perusahaan distributor buku untuk pengadaan dan pengiriman barang tersebut. Fakta di lapangan, sekolah harus jemput bola terlebih dahulu dengan menghubungi langsung distirubutor agar
buku dapat segera dikirim. Pengadaan buku itu dibiayai oleh Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif