News
Rabu, 20 Agustus 2014 - 18:45 WIB

PENCEMARAN MERKURI : 60 Bayi Wonogiri Keracunan Merkuri

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas pertambangan rakyat di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Selasa (19/8/2014). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI – Sebanyak 60 bayi di Desa Jendi dan Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, dideteksi menderita gangguan kesehatan akibat menghirup merkuri dari pengolahan pertambangan rakyat di wilayah setempat.

Hal itu disimpulkan berdasarkan hasil penelitian pemerhati lingkungan hidup dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang disosialisasikan Selasa (19/8/2014) di Balai Desa Jendi.

Advertisement

Pemerhati lingkungan hidup Undip, Onny Setiani, mengatakan pertambangan rakyat di Selogiri berdekatan dengan permukiman penduduk. Otomatis, bahaya merkuri yang terkandung dalam logam emas dapat membahayakan warga setempat.

Kondisi ini harus diantisipasi sejak dini agar tak berdampak luas terhadap warga setempat. “Efek merkuri yang dihirup manusia dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf terutama bagi ibu hamil dan anak-anak,” kata dia.

Dia menambahkan hasil uji laboratorium terhadap sampel berupa rambut 60 bayi di Desa Jendi dan Keloran menunjukkan para anak balita tersebut menderita gangguan kesehatan akibat menghirup merkuri dari pengolahan pertambangan rakyat.

Advertisement

Kini, hasil uji laboratorium itu dikirim ke Jepang untuk memperdalam penelitian. “Sekarang masih diteliti ulang di Jepang untuk memperdalam penelitian,” terang dia.

Kepala Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Suharni, menyatakan lokasi pertambangan rakyat terdapat di Desa Jendi dan Keloran. Jumlah pengolah pertambangan rakyat di kedua desa itu sebanyak 353 unit.

Menurut dia, dampak pengolahan pertambangan rakyat mengandung unsur kimia seperti merkuri. Sebab, para penambang rakyat tidak menggunakan alat keamanan diri saat mengolah logam emas.

Advertisement

Apalagi, sebagian pengolahan pertambangan emas dilakukan di permukiman penduduk. “Pengolahan pertambangan emas berdampak pada lingkungan hidup. Kami ingin menyosialisasikan kepada para penambang rakyat untuk menjaga lingkungan hidup,” jelas dia.

Di sisi lain, Camat Selogiri, Bambang Haryanto, menyatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mencegah dampak lingkungan hidup dari pertambangan rakyat. Pihaknya akan menyosialisasikan pencegahan dampak lingkungan terhadap perwakilan para penambang rakyat secara bertahap.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif