SOLOPOS.COM - Putra-Putri Solo mengisi pentas ketoprak dengan lakon Pambayun di Gedung Ketoprak, Balekambang, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (17/8/2014) malam. Acara tersebut digelar dalam rangka memperingati HUT ke-69 RI. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)
Solopos.com, SOLO — Sebanyak 30 semifinalis ajang pemilihan duta wisata Putra Putri Solo (PPS) 2014 tampil sebagai pemain ketoprak di Gedung Kesenian Balekambang, Solo, Jawa Tengah, Minggu (17/8/2014). Mereka memberikan warna baru bagi kesenian tradisional.
Lakon Pembayun yang dipentaskan malam itu tak hanya menggaet penonton muda untuk mengisi bangku apresiasi. Aksi 30 semifinalis PPS 2014 itu turut menebar kesegaran hiburan baru bagi penonton.
Selepas disuguhi sajian pembuka dengan lagu Perahu Layar, pertunjukan yang berlangsung selama 1,5 jam itu dibuka dengan aksi pertarungan antara pemberontak dengan para penggawa kerajaan Mataram. Sembilan semifinalis tampak luwes memraktekkan adegan perkelahian yang baru dipelajari lewat latihan dadakan selama lima hari jelang pementasan.
Dikisahkan Panembahan Senopati gusar melihat pemberontakan yang dikomandoi Ki Ageng Mangir Wanabaya. Atas masukan Ki Juru Mertani, penguasa Mataran ini akhirnya sepakat mengirim putri kesayangannya, Pembayun, untuk menaklukkan Raden Wanabaya yang dikenal sakti mandraguna.
Dikisahkan Panembahan Senopati gusar melihat pemberontakan yang dikomandoi Ki Ageng Mangir Wanabaya. Atas masukan Ki Juru Mertani, penguasa Mataran ini akhirnya sepakat mengirim putri kesayangannya, Pembayun, untuk menaklukkan Raden Wanabaya yang dikenal sakti mandraguna.
Oleh Ki Juru Mertani, Pembayun diajak menembus markas Wanabaya dengan menyamar sebagai ledek. Bersama lima ledek lainnya, Pembayun berhasil membawakan tarian ronggeng yang memukau tamu undangan merti desa.
Dengan gerak tarian yang luwes, ledek yang diperankan lima Semifinalis Putri Solo 2014 tampak pas memainkan peran mereka yang kenes, gemulai, dan kemayu. Sementara lima Semifinalis Putra Solo 2014, tampak terpesona dan bisa memainkan peran mereka sebagai lelaki mata keranjang yang kepincut ledek.
“Larane kui neng kene [sakitnya itu di sini],” kata salah seorang istri demang sembari menunjuk bagian dadanya, saat menjumpai suaminya menonton ronggeng. Kalimat candaan yang sedang ngetren dilontarkan anak muda saat bercanda dengan kawan sebayanya ini membuat hampir separuh penonton yang didominasi anak muda tampak terhibur.
Di saat para ledek menggaet perhatian para demang, Pembayun yang tampak paling kalem menggoda Ki Ageng Mangir untuk menepi dari kerumunan. Singkat cerita, mereka berdua jatuh cinta. Pembayun yang kadung mengandung buah cintanya bersama Ki Ageng Mangir, akhirnya membuka kedoknya dan mengajak suaminya pulang ke Mataram meminta restu.
Pembayun akhirnya pulang bersama Ki Ageng Mangir ke Mataram. Namun saat suaminya meminta restu kepada Senopati, ketiga saudaranya bergiliran menghunus keris ke punggung Ki Ageng Mangir. “Panjenengan mentala dateng kula [kamu tega sekali dengan saya],” teriak Pembayun sembari menatap suaminya yang telah tak bernyawa.
Latihan 5 Hari
Juri pertunjukan dalam Pentas Ketoprak Putra Putri Solo 2014, S.T. Wiyono, melihat para semifinalis mampu menunjukkan keluwesannya bermain ketoprak meskipun baru berlatih selama lima hari. “Kalau dilatih sebulan lagi, mereka bisa menjadi pemain profesional. Kalau mereka mau masuk ke sini, barangkali nama ketoprak bisa terangkat,” jelasnya.
Ketua Penyelenggara Pemilihan PPS 2014, Miftah Faridl Widhagdha, mengatakan penampilan semifinalis di panggung ketoprak menyumbang 30% penilaian untuk melaju di babak final. “Nilai penampilan mereka malam ini setara dengan penampilan pamungkas di malam penobatan mendatang. Ini menunjukkan keseriusan dan kemampuan semifinalis untuk tampil di depan publik,” imbuhnya.
Selepas mengikuti babak penyisihan lewat serangkaian pembekalan dan pentas ketoprak, semifinalis PPS 2014 mengikuti penjaringan 20 finalis di Loji Gandrung, Senin (18/8/2014) malam.